Strukturalisme
Aliran struktualisme
adalah aliran yang dikembangkan oleh Titchener di Amerika. Strukturalisme
adalah aliran psikologi pertama yang dihasilkan dari eksperimen-eksperimen yang
dilakukan Wilhelm Wundt di Leipzig, Jerman. Sebelum tahun 1879, banyak orang yang
sudah mengenal psikologi, namun pada saat itu belum ada yang menyebutkan
dirinya sebagai sarjana psikologi. Sarjana-sarjana yang mempelajari psikologi
pada umumnya adalah para ahli filsuf, faal dan dokter. Wundt sendiri awalnya
adalah seorang dokter. Akan tetapi dengan berdirinya labotarorium psikologinya,
ia tidak lagi disebut sebagai dokter atau ahli faal. Hal ini dikarenakan ia
mulai melakukan dan memfokuskan diri pada eksperimen-eksperimen yang dilakukan
di laboratoriumnya. Strukturalisme dapat dengan mudah diterima di Amerika dan
Jerman, karena pada saat itu psikologi merupakan hal yang baru. Masyarakat juga
dengan mudah dapat menerima keberadaan aliran struktualisme karena belum ada
eksperimen dan aliran psikologi lain yang muncul pada saat itu. Strukturalisme
disebarkan dan dipopulerkan di Amerika oleh Titchener dan bertahan hingga 25
tahun dan berakhir pada saat Titchener wafat. Untuk memperdalam mengenai
sejarah aliran ini, berikut akan dibahas dua tokoh sentral dalam
Strukturalisme.
Penelitian Wundt
tentang pengalaman dan kesadaran meliputi hal-hal seperti waktu merespon,
perhatian, hubungan kata, perasaan, sensasi dan persepsi. Wundt membagi dua
jenis pengalaman, yaitu perantara dan langsung. Pengalaman perantara contohnya
seperti cahaya dan gelombang suara. Pengalaman langsung seperti warna dan
tingkat suara (tone). Bagi Wundt, yang menjadi ranah psikologi ialah terkait
dengan pengalaman langsung. Selain itu, Wundt juga membagi menjadi dua
berdasarkan kesadaran yaitu sensasi dan persepsi (perasaan). Sebenarnya
terdapat kelas images, tetapi kontribusinya hanya sedikit dan tidak memiliki
perbedaan berarti dengan sensasi. Dalam persepsi, terdapat istilah
tridimensional theory of feelings, yaitu penjelasan Wundt tentang persepsi. Ia
membaginya menjadi tiga poros,pleasure/displeasure, tension/relaxation, dan
excitement/depression. Wundt menghubungkan kesadaran dengan perhatian
(attention). Dalam hal ini perhatian terwujud dalam bentuk apersepsi. Apersepsi
berperan dalam menentukan pusat perhatian kepada stimulus dan mengorganisir
elemen-elemen kesadaran menjadi satu kesatuan. Misalnya ketika melihat pohon,
kita akan melihatnya secara keseluruhan sebagai pohon, bukan dari elemen-elemen
dasar seperti saturasinya, terang-gelapnya, bentuknya yang menyusun pohon
tersebut.
Wundt merumuskan
tujuan pencapaiannya dalam meneliti tentang kesadaran ini, yaitu:
1. Analisa proses
kesadaran menjadi elemen-elemen dasar
2. Mengetahui
bagaimana elemen-elemen tersebut saling terkait
3. Menentukan hukum
keterkaitan yang mencakup semua elemen-elemen tersebut
Contoh terapan dari
penelitian Wundt ialah dimana seorang observer diberikan stimulus berupa potret
diri. Ketika diminta menjelaskan pengalamannya saat diberikan stimulus
tersebut, observer yang sudah dilatih menjadi introspeksionis akan menjabarkan
pengalamannya secara parsial. Misalnya, “saya melihat warna hitam di bagian
atas dengan goresan-goresan kasar”, “saya merasakan permukaan yang bergelombang
dan tidak rata ketika menyentuh stimulus”, “saya melihat dominasi warna kuning
kecoklatan”, dan sebagainya. Akan keliru bagi introspeksionis jika dalam
menjabarkan pengalamannya malah menyebutkan hal-hal sebagai berikut, “saya
melihat potret diri”, “bagian atas terdapat rambut”, “permukaan kanvasnya
kasar”. Hal ini menjadi keliru, karena “potret diri”, “rambut”, dan “kanvas”
bukanlah elemen utama dari kesadaran, melainkan istilah dari konsep akan
sesuatu yang telah digeneralisasi dari elemen-elemen kesadaran tersebut.
Wundt mengemukakan
beberapa titik lemah dari psikologi. Kelemahan tersebut mendasar dan terkait
dengan metode introspeksi Wundt yang menyatakan bahwa dalam penelitian,
observer harus memenuhi empat kriteria untuk menjadi seorang introspeksionis
yang handal. Pertanyaannya adalah, “Ketika introspeksi dilakukan oleh beberapa
observer berbeda, akan mendapatkan hasil yang berbeda pula (stimulus yang
diberikan sama), lalu bagaimana peneliti menentukan jawaban yang benar?”. Wundt
berargumen bahwa metodenya dapat ditingkatkan dengan
Edward Bradford
Titchener
Selain Wundt, tokoh
lain yang cukup berpengaruh dalam aliran strukturalisme adalah Edward Bradford
Titchener. Wundt menyebarkan strukturalisme di Eropa, sedangkan Titchener
menyebarkan strukruralisme di Amerika. Titchener lahir pada tanggal 1 November
1867 dan meninggal pada tanggal 8 Maret 1927. Titchener memperoleh beasiswa ke
Oxford, di mana ia memulai studinya di filsafat dan sastra klasik. Ia belajar
satu tahun tambahan di Oxford dalam ilmu pengetahuan dengan eksperimental
fisiologi Burdon Sanderson. Ia belajar di Leipzig dengan menerima gelar PhD
pada tahun 1892. Titchener sempat kuliah beberapa saat di Oxford dan menjadi
dosen ekstensi dalam Biologi. Ia juga mengambil posisi di Cornell pada tahun
1892 sebagai Profesor Psikologi dan dikembangkan di laboratoriumnya. Ia
berhasil menerbitkan 10 makalah di bidang Biologi pada saat awal bekerja. Ia
membentuk asosiasi psikologi eksperimental yang masih ada sampai sekarang
sebagai Masyarakat Psikolog Eksperimental. Ia pun mengembangkan gagasan dari
Wundt, namun ia banyak memisahkan diri dari ide gurunya tersebut. Titchener
berhasil menciptakan sistem psikologi struktural yang kemudian disebut studi
strukturalisme tentang struktur elemental kesadaran berdasarkan intropeksi
(Evans, 1991).
Menurut Titchener,
strukturalisme membicarakan tentang kesadaran. Kesadaran ini merupakan sesuatu
yang abstrak, sehingga metode yang digunakan untuk mengukur kesadaran tersebut
ialah introspeksi dari pengalaman. Titchener membedakan kesadaran dengan mind.
Mind itu sendiri merupakan akumulasi pengalaman sadar sejak lahir hingga saat
ini. Dalam strukturalismenya, Titchener memperkenalkan konsep
fisiologi-psikologi. Unsur fisiologi dimasukkannya karena latar belakangnya
yang merupakan lulusan kedokteran. Sedangkan aspek fisiologi yang dimaksud ialah
ruang, waktu, dan massa. Ketiga aspek ini bersifat konkrit, yang mana dapat
dinyatakan dalam ukuran matematis. Aspek ruang diukur dalam satuan meter, aspek
waktu diukur dalam satuan sekon, dan aspek massa diukur dalam satuan gram.
Besaran ini merupakan sesuatu yang mutlak dan universal. Pengalaman akan hal
yang bersifat konkrit ini ternyata bisa berbeda-beda bagi setiap individu.
Misalnya untuk satuan waktu, menonton film dua jam akan terasa lebih
menyenangkan daripada belajar statistik selama dua jam. Bagi orang yang tidak
menyukai statistik, ia akan merasa waktu terasa sangat lama ketika
mempelajarinya, sedangkan bagi yang menonton film, ia tidak akan merasakan
bahwa sudah selama itu ia menonton. Inilah yang menjadi aspek psikologis, yaitu
kesadaran dari strukturalisme. Titchener juga membuat istilah stimulus eror
dalam strukturalismenya, “The stimulus error is, in fact, the material aspect
of what appears, in more formal guise, as the error of logical reflection or of
Kundgabe; it is an error both subtle and pervasive; and the more closely our
psychological [p. 489] method
approximates the methods of observation employed in other laboratories
or in daily life, the greater is the likelihood that our students fall victims
to it.” (Titchener, 1912). Disamping itu semua, Titchener juga mendirikan
laboratorium Psikologi di Universitas Cornell dan menggagaskan kajiannya di
Amerika (Razali, Jantan & Hashim, 2004).
Dalam alirannya,
Wundt menetapkan aspek kualitas dan intensitas sama seperti Titchener. Akan
tetapi yang membedakannya ialah Titchener menambahkan elemen durasi, kejelasan,
dan perpanjangan (extensity) dalam strukturalismenya. Dalam hal ini, Titchener
menjawab pertanyaan “apa” tentang psikologi, yaitu merujuk pada analisis
introspektif dan sistematis terhadap suatu fenomena psikologis. “The ideal
introspective report is an accurate description, made in the interests of
psychology, of some conscious process. Causation, dependence, development are
then matters of inference” (Titchener, 1912).
Ada beberapa kritik
yang diajukan terhadap strukturalisme Titchener. Pertama, mengenai metode
introspeksinya. Immanuel Kant menyatakan bahwa segala percobaan mengenai
pengalaman kesadaran yang melibatkan introspeksi, akan mengubah pengalaman
kesadaran tersebut. Hal ini dikarenakan adanya variabel observasi yang
dimasukan ke dalam esensi dari pengalaman kesadaran tersebut. Auguste Comte
juga menentang, bahwa jika memangmind dapat melakukan observasi, maka mind akan
terbagi dua di saat yang sama, dimana yang satu mengobservasi dan satunya
melakukan aktivitas. Hal ini tidak mungkin terjadi menurut Auguste Comte.
Kritik terhadap metode introspeksi Titchener bisa disebabkan karena definisi
tentang metode intospeksi tersebut kurang ilmiah atau spesifik. Titchener
mengalami kesulitan dalam merumuskan definisi tersebut, karenanya ia
mengkaitkannya dengan kondisi eksperimental yang spesifik.
Selain itu, kritik
juga ditujukan terkait dengan apa yang dilatih terhadap introspeksionis dalam
mengutarakan pengalaman kesadaran mereka. Ajaran didikan Titchener
diinstruksikan untuk tidak menggunakan beberapa kata saat menyampaikan
pengalaman kesadaran, seperti “aku melihat meja”. Kata “meja” tidak memiliki
arti ilmiah dalam hal ini, karena merupakan generalisasi dari satuan elemen
kesadaran yang sebenarnya menjadi fokus utamanya. Dari sini, pertanyaan yang
muncul menjadi, “Jika beberapa kata dihilangkan, maka sebaiknya bagaimana
introspeksionis tersebut dapat menyampaikan pengalamannya?”. Titchener dalam
hal ini berniat untuk membuat bahasa baru untuk introspeksionis, tetapi hal ini
tidak pernah terwujud.
Titchener juga
bersifat eksklusif, ia hanya memikirkan immediate experience atau pengalaman
langsung sebagai bahasan psikologi. Ia tidak menghiraukan aplikasinya ke dunia
nyata dan tidak terpengaruh oleh bahasan psikologi yang sedang berkembang
(sosial, abnormal, anak, hewan, dll). William James dalam pragmatismenya,
mengkritik strukturalisme tidak berguna, karena tidak bersifat aplikatif.
Kritik yang terakhir
menyatakan bahwa introspeksi sebenarnya merupakan bentuk retrospeksi. Hal ini
karena setelah mengamali stimulus, terdapat rentang waktu bagi observer untuk
menceritakan pengalamannya. Padahal dalam penelitian Ebbinghaus dikatakan bahwa
manusia memiliki tingkat melupakan yang tinggi. Oleh karena itu, bisa saja ada
beberapa pengalaman yang terlewat.
Meskipun terdapat
banyak kritik, strukturalisme Titchener telah memberikan kontribusi terhadap
perkembangan psikologi masa kini. Titchener berpendapat psikologi harus lepas
dari kekuatan metafisika, pikiran awam, dan kepentingan kegunaan atau terapan
yang akan merusak integritasnya. Titchener bersama dengan Wundt berupaya untuk
mempertahankan integritas psikologi dengan membedakannya dari fisika. Subjek
pembahasan psikologi strukturalisme adalah proses kesadaran dan bebas dari
asosiasi (Brennan, 2006).
2.1. Pengertian
Psikologi
1. Ilmu Jiwa, tingkah
laku, perilaku.
2. Ilmu tentang
kehidupan mental (The science of mental life).
3. Crow & Crow;
Psychology is the study of human behavior and human relationship.
4. Tingkah laku
manusia, apa, mengapa dan bagaimana yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan,
factor-faktor apa yang mendorong manusia, memikirkan, merasakan dan melakukan
sesuatu.
Yang dipelajari dalam
psikologi
1. Segala
kegiatan/tindakan/perbuatan baik yang kelihatan maupun yang tidak, sadar
ataupun tidak sadar dan sengaja ataupun yang tidak.
2. Interaksi antara
manusia dengan manusia dan interaksi manusia dengan selain manusia.
Jenis tingkah laku
1. Nyata (eksplisit,
terbuka)Yaitu tingkah laku yang dapat diamati, contohnya tertawa dan menangis.
2. Tidak nyata
(implisit, tertutup)Yaitu tingkah laku yang tidak bisa diamati, namun
indikatornya yang bias diamati. Misalnya berfikir, mengingat, merasakan,
berkhayal, sedih, senang, susah, bangga, dongkol dan seterusnya.
Obyek Psikologi
1. Material Yaitu
yang menyelidiki tentang manusia dan segala sifatnya
2. Formal Yaitu yang
tergantung dari aspek mana yang akan dipelajari/penekanannya.
Misalnya :
- Zaman Yunani s/d
abad pertengahan, obyek formalnya adalah hakekat manusia.
- Masa Deskartes,
gejala-gejala kesadaran (tanggapan, perasaan, emosi, hasrat dan kemauan).
- Aliran behaviorisme
(di AS abad ke 20) tingkah laku manusia yang tampak.
- Aliran Freud, gejala
ketidak sadaran manusia.
Pengelompokan
Psikologi
1. Metafisika
Penyelidikan tentang hakekat kejiwaan (Plato + Aristoteles).
2. Empiris Yaitu
penyelidikan tentang gejala-gejala kejiwaan tingkat laku manusia dengan
menggunakan pengamatan, percobaan.
Hubungan antara
Psikologi dengan ilmu lain
1. Psikologi dengan
antropologi
2. Psikologi dengan
sosiologi
3. Psikologi dengan
fisiologi
2.2. Psikologi
sebagai ilmu dan Ruang lingkup psikologi Karakter Ilmu
1. Melalui penelitian
ilmiah
2. Memiliki Obyek
tertentu.
3. Metode penelitian
tertentu.
4. Sistematika yang
teratur.
5. Mempunyai sejarah
tertentu.
Obyek psikologi
1. Materil ---
manusia
2. Formal ---
jiwa/perilaku
Metode Penelitian
1. Longitudinal
2. Cross - sectional
Karakter Penelitian
Ilmiah
1. Sistematis
2. Terkontrol
3. Berdasarkan data
empiris
4. Teruji
5. Bersifat obyektif
2.3. Aliran-aliran
dalam psikologi
1. STRUKTURALISME
1. Tokoh : WILHELM
WUNDT
2. Pendapatnya :
Untuk mempelajari gejala-gejala kejiwaaan kita harus mempelajari isi dan
struktur jiwa seseorang.
3. Metode :
Instrospeksi / mawas diri
4. Obyek : Kesadaran
Elemen mental /
elemen-elemen yang lebih kecil
1. Jiwa
2. Kesadaran
3. Penginderaaan =
penangkapan terhadap rangsang yang datang dari luar dan dapat dianalisa sampai
elemen-elemen yang terkecil
Perasaaan sesuatu
yang dimiliki dalam diri kita, tidak terlalu di pengaruh rangsangan dari luar.
Aliran Strukturalisme
Tokoh WILHELM WUNDT berpendapat.
a. Untuk mempelajari
gejala kejiwaan kita harus mempelajari isi dan struktur dari jiwa seseorang
b. Objek utama dalam
psikologi adalah kesadaran
c. Pengalaman
-pengalaman kesadaran di bagi atas 2 bagian yaitu pengindraan dan perasaan
2. FUNGSIONALISME
Tokoh : WILLIAM JAMES
(1842-1910)
Pendapatnya :
• Mempelajari fungsi
/ tujuan akhir aktivitas
• Semua gejala psikis
berpangkal pada pertanyaan dasar yaitu apakah gunanya aktivitas itu
• Jiwa seseorang
diperlukan untuk melangsungkan kehidupan dan berfungsi untuk menyesuaikan diri-
Lebih menekankan apa tujuan atau akhir dari suatu aktivitas
BAB STRUKTURALISME
FUNGSIONALISME 1 2
Asal Pendekatannya
Jerman (ahli
filsafat) Pengalaman di analisa dalam unsurnya
Amerika (Praktis
Pragmatis) Pengalaman di hubungkan untuk hidup / fungsinya penyesuaian diri.
3. ASOSIASISME
a. Tokoh : THOMAS
HOBBES (1588-1679)
b. Pendapatnya : Jiwa
terdiri 3 bagian
1. Sensation
2. Secall
3. Association
1. Sensation : Proses
seseorang menerima rangsang
2. Secall : Proses
seseorang memproduksi kembali yang dialami
3. Association :
Penggabungan rangsang satu dengan rangsang yang lain lahirlah berpikir
c. Metode :
Eksperimen
1. Thorndike, dalam
law of readiness untuk mengajarkan sesuatu dengan baik kepada seseorang, maka
orang tersebut harus ada kesiapan tentang hal-hal yang akan diajarkan (Hukum
Pertautan)
2. Law of effect, suatu
laku yang dalam situasi tertentu memberi kepuasan akan selalu di assosiasikan
(di ulang lagi kalau ada kesempatan)
4. PSIKOANALISA /
PSIKOLOGI DALAM
a. Tokoh : SIGMUND
FREUD (1856-1939)
b. Pendapatnya :
Kehidupan manusia di kuasai oleh alam ketidaksadaran
c. Metode :
Eksperimen
Psikoanalisa sebagai
teori kepribadian (gunung es)
Id = libido (dorongan
seksual)
Ego = melaksanakan
dorongan-dorongan
Super ego = penyaring
/ kontrol (kata hati)
(Dream as a Wishful
Fillment)
5. BEHAVIORISME
a. Tokoh : JOHN
BROADUS WATSON (1878-1958)
b. Pendapatnya :
Mempelajari tingkah laku, tingkah laku yang nyata, yang terbuka, yang dapat di
ukur secara obyektif.
Ilmu tentang tingkah
laku, rangsang, kebiasaan, belajar.
Tingkah laku Tertutup
: Tingkah laku, kontraksi otot-otot sekresu kelenjar (gerakan-gerakan yang
lemah), berpikir (tidak bergerak-gerak secara halus sekali selama kita
berpikir)
Terbuka :
6. PSIKOLOGI HORMIC
a. Tokoh : WILLIAM MC
DOUGALL (1871-1944)
b. Pendapatnya :
(Hampir sama Behaviorisme)
- Tiap-tiap tingkah
laku ada yang mendasarinya yaitu tujuan / arah
- Tingkah laku tidak
dapat dipelajari terlepas dari tujuannya
- Tingkah laku tanpa
tujuan itu refleks
7. GESTALT
a. Tokoh : MAX
WERTHEIMER (1880-1943)
b. Pendapatnya :
Bahwa dalam alat kejiwaan tidak terdapat jumlah unsur-unsurnya melainkan
Gestalt (keseluruhan) dan tiap-tiap bagian tidak berarti dan bisa mempunyai
arti kalau bersatu dalam hubungan kesatuan.
ALIRAN ALIRAN
PSIKOLOGI
Apakah Anda sudah
tahu apa saja aliran-aliran yang terdapat dalam Psikologi??Pastinya belum
kan??Untuk itu mari kita mengenal dan memahami aliran-aliran dalam Psikologi.
Pada pertengahan abad ke-19, yaitu pada awal berdirinya psikologi sebagai satu
disiplin ilmu yang mandiri, psikologi didominasi oleh gagasan serta usaha
mempelajari elemen-elemen dasar dari kehidupan mental orang dewasa
normal,melalui penelitian laboratorium dengan menggunakan metode
intropeksi.Karena adanya perkembangan dalam psikologi itu sendiri, sehingga
lahirlah aliran-aliran dalam psikologi.Aliran Psikologi terbagi menjadi 5
aliran,diantaranya yaitu :
Aliran Strukturalisme
(Structuralism)
Tokoh psikologi
Strukturalisme adalah Wilhelm Wundt. Yang mulai berkembang pada abad ke-19
yaitu pada awal berdirinya psikologi sebagai suatu disiplin ilmu yang mandiri.
Menurut Wundt untuk mempelajari gejala-gejala kejiwaaan kita harus mempelajari
isi dan struktur jiwa seseorang. Metode yang digunakan adalah instrospeksi /
Elemen mawas diri. Obyek yang dipelajari dalam psikologi ini adalah Kesadaran.
Mental/elemen-elemen
yang kecil yaitu jiwa, kesadaran, dan penginderaan (penangkapan terhadap
rangsang yang dating dari luar dan dapat dianalisa sampai elemen-elemen yang
terkecil).Perasaaan sesuatu yang dimiliki dalam diri kita, tidak terlalu di
pengaruh rangsangan dari luar.
Tokoh strukturalisme
lain adalah Edward Bradford Titchener. Titchener merupakan orang Inggris yang
mewakili pandangan-pandangan psikologi Jerman (Wundt) di Amerika Serikat. Ia
adalah murid dari Wundt dan ia menerjemahkan beberapa buku Wundt dalam bahasa
Inggris.
Aliran Fungsionalisme
(Functional Psychology)
Aliran ini merupakan
reaksi terhadap strukturalisme tentang keadaan-keadaan mental. Fungsionalisme
adalah suatu tendensi dalam psikologi yang menyatakan bahwa pikiran, proses
mental, persepsi indrawi, dan emosi adalah adaptasi organism biologis sebagai
suatu jenis psikologi yang menggarisbawahi fungsi-fungsi dan bukan hanya
fakta-fakta dari fenomena mental, atau berusaha menafsirkan fenomena mental
dalam kaitan dengan peranan yang dimainkannya dalam kehidupan organism itu, dan
bukan menggambarkan atau menganalisis fakta-fakta pengalaman atau kelakuan atau
suatu psikologi yang mendekati masalah pokok dari sudut pandang yang dinamis,
dan bukan dari sudut pandang statis.
Aliran psikologi ini
pada intinya merupakan doktrin bahwa proses atau keadaan sadar seperti kehendak
bebas, berpikir, beremosi, memersepsi, dan mengindrai adalah
aktivitas-aktivitas atau operasi-operasi dari sebuah lingkungan fisik dan tidak
dapat diberi eksistensi yang penting. Aktivitas ini memudahkan control
organisme, daya tahan hidup, adaptasi, keterikatan atau penarikan diri,
pengenalan, pengarahan, dan lain-lain.
Tokoh psikologi
fungsionalisme adalah WILLIAM JAMES (1842-1910)
James adalah filsuf
dan psikolog dari Amerika. Pendapatnya:
Mempelajari fungsi /
tujuan akhir aktivitas
Semua gejala psikis
berpangkal pada pertanyaan dasar yaitu apakah gunanya aktivitas itu
Jiwa seseorang
diperlukan untuk melangsungkan kehidupan dan berfungsi untuk menyesuaikan diri.
Psikologi ini lebih menekankan apa tujuan atau akhir dari suatu aktivitas. Dan
tokoh lain aliran ini adalah James R. Angell dan John Dewey.
Aliran Psikoanalisis
Aliran behaviourisme
dianggap gagal karena tidak memperhitungkan faktor kesadaran manusia. Aliran
behaviourisme tidak memperhitungkan faktor pengalaman subjektif masing-masing
individu (cinta, keberanian, keimanan, harapan dan putus asa). Jadi aliran ini
gagal memperhitungkan kesadaran manusia dan motif-motif tidak sadarnya.
Kemudian muncullah
aliran berikut: psikoanalisis. Psikoanalisis disebut sebagai depth psychology
yang mencoba mencari sebab-sebab perilaku manusia pada alam tidak sadarnya.
Tokoh dari aliran ini adalah Sigmund Freud seorang neurolog berasal dari Wina,
Austria akhir abad ke-19. Aliran ini berpendapat bahwa manusia adalah makhluk
yang berkeinginan (homo volens).
Dalam pandangan
Freud, semua perilaku manusia baik yang nampak (gerakan otot) maupun yang
tersembunyi (pikiran) adalah disebabkan oleh peristiwa mental sebelumnya. Terdapat
peristiwa mental yang kita sadari dan tidak kita sadari namun bisa kita
akses(preconscious) dan ada yang sulit kita bawa kea lam tidak sadar
(unconscious). Di alam tidak sadar inilah tinggal dua struktur mental yang
ibarat gunung es dari kepribadian kita, yaitu:
Id atau Es, adalah
berisi energi psikis, yang hanya memikirkan kesenangan semata yaitu dorongan
atau ambisi dari dalam diri yang tidak dapat dikendalikan dan harus terpenuhi
tanpa berpikir rasional terlebih dahulu.
Ego atau Ich, adalah
pengawas realitas dimana ego berfungsi menjembatani tuntutan Id dengan realitas
di dunia luar.
Super-ego atau Uber
Ich, adalah berisi kaidah moral dan nilai-nilai sosial yang diserap individu
dari lingkungannya.Dimana setiap orang dapat membedakan mana yang benar dan
mana yang salah. Biasa disebut dengan Hati Nurani.
Sebagai contoh:
Pada suatu ketika
dijalan Anda menemukan Dompet dimana dompet tersebut berisi sejumlah uang yang
tidak sedikit,ada kartu identitas pemilik,kartu penting seperti kartu
kredit(ATM) dan pada waktu itu Anda sedang membutuhkan biaya untuk membayar SPP
yang sudah nunggak selama 2bulan. Id mengatakan pada Anda: “Ambil saja dompet
itu, toh tak ada yang tahu, lumayan bisa buat bayar SPP!”. Sedangkan ego
berkata:”Lihat dulu, jangan-jangan nanti ada yang tahu!”. Sementara superego
menegur:”Jangan lakukan, itu bukan hak kamu!”.
Pada masa
kanak-kanak,kita dikendalikan sepenuhnya oleh id, dan pada tahap ini oleh Freud
disebut sebagai primary process thinking. Anak-anak akan mencari pengganti jika
tidak menemukan yang dapat memuaskan kebutuhannya (bayi akan mengisap jempolnya
jika tidak mendapat dot misalnya).
Sedangkan ego akan
lebih berkembang pada masa kanak-kanak yang lebih tua dan pada orang dewasa. Di
sini disebut sebagai tahap secondary process thinking. Manusia sudah dapat
menangguhkan pemuasan keinginannya (sikap untuk memilih tidak jajan demi ingin
menabung). Walau begitu kadangkala pada orang dewasa muncul sikap seperti
primary process thnking, yaitu mencari pengganti pemuas keinginan(menendang
tong sampah karena merasa jengkel mendapat nilai jelek).
Proses pertama adalah
apa yang dinamakan EQ (emotional quotient), sedangkan proses kedua adalah IQ
(intelligence quotient) dan proses ketiga adalah SQ (spiritual quotient).
Keberhasilah
seseorang ditentukan pada ke-3 tingkat kecerdasan tersebut,karena dalam hidup
tidak cukup dengan Kecerdasan Intelektual saja tetapi harus diseimbangkan
dengan Kecerdasan Emosionalnya dan Kecerdasan Spiritualnya.
Aliran Psikologi
Gestalt (Gestalt Psychology)
Kata “Gesalt” berasal
dari bahasa Jerman yang dalam bahasa Inggris berarti shape atau bentuk. Karena
tidak ditemukan arti yang sesuai maka gesalt tetap dipakai. Tokoh psikologi ini
adalah Max Wertheimer (1880-1943). Yang berpendapat bahwa dalam alat kejiwaan tidak
terdapat jumlah unsur-unsurnya melainkan Gestalt (keseluruhan) dan tiap-tiap
bagian tidak berarti dan bisa mempunyai arti kalau bersatu dalam hubungan
kesatuan.
Para ahli Gestalt,
selain Wertheimer, Koffka,Kohler, juga termasuk Solomon Asch dan Kurt Lewin,terdapat
ahli-ahli Jerman dan Austria terkemuka seperti Rudolf Allers, Magda Arnold,
Charlote,serta Karl Buhler, Albin Gilbert, Hans Hahn, Fritz Heider, Martin
Scheerer, Wilhelm Stern, dan Heinz Werner.
Aliran Behaviorisme
(Behaviorism)
Behaviorisme adalah
sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B. Watsontahun 1913 dan
digerakkan oleh Burrhus Frederic Skinner.Aliran ini sering dikaitkan sebagai
aliran ilmu jiwa namun tidak peduli pada jiwa. Pada akhir abad ke-19, Ivan
Petrovic Pavlov memulai eksperimen psikologi yang mencapai puncaknya pada tahun
1940 - 1950-an. Di sini psikologi didefinisikan sebagai sains dan sementara
sains hanya berhubungan dengan sesuatu yang dapat dilihat dan diamati saja.
Sedangkan ‘jiwa’
tidak bisa diamati, maka tidak digolongkan ke dalam psikologi. Aliran ini
memandang manusia sebagai mesin (homo mechanicus) yang dapat dikendalikan
perilakunya melalui suatu pelaziman (conditioning). Sikap yang diinginkan
dilatih terus-menerus sehingga menimbulkan maladaptive behaviour atau perilaku
menyimpang. Salah satu contoh adalah ketika Pavlov melakukan eksperimen
terhadap seekor anjing. Di depan anjing eksperimennya yang lapar, Pavlov
menyalakan lampu. Anjing tersebut tidak mengeluarkan air liurnya. Kemudian
sepotong daging ditaruh dihadapannya dan anjing tersebut terbit air liurnya.
Selanjutnya begitu terus setiap kali lampu dinyalakan maka daging disajikan.
Begitu hingga beberapa kali percobaan, sehingga setiap kali lampu dinyalakan
maka anjing tersebut terbit air liurnya meski daging tidak disajikan. Dalam hal
ini air liur anjing menjadi conditioned response dan cahaya lampu
menjadiconditioned stimulus.
Percobaan yang hampir
sama dilakukan terhadap seorang anak berumur 11 bulan dengan seekor tikus
putih. Setiap kali si anak akan memegang tikus putih maka dipukullah sebatang
besi dengan sangat keras sehingga membuat si anak kaget. Begitu percobaan ini
diulang terus menerus sehingga pada taraf tertentu maka si anak akan menangis
begitu hanya melihat tikus putih tersebut. Bahkan setelah itu dia menjadi takut
dengan segala sesuatu yang berbulu: kelinci, anjing, baju berbulu dan topeng
Sinterklas. Ini yang dinamakan pelaziman dan untuk mengobatinya kita bisa
melakukan apa yang disebut sebagai kontrapelaziman (counterconditioning).
Selasa, 07 Juni 2011
ALIRAN-ALIRAN
PSIKOLOGI
presented by
eukaristia at 09:03
A. aliran fungsionalisme
Ciri Fungsionalisme
Lebih menekankan pada
fungsi mental daripada elemen-elemen mental.
Fungsi-fungsi
psikologis adalah adaptasi terhadap lingkungan sebagaimana adaptasi biologis
Darwin. Kemampuan individu untuk berubah sesuai tuntutan dalam hubungannya
dengan lingkungan adalah sesuatu yang terpenting
Fungsionalisme juga
sangat memandang penting aspek terapan atau fungsi dari psikologi itu sendiri
bagi berbagai bidang dan kelompok manusia.
Aktivitas mental
tidak dapat dipisahkan dari aktivitas fisik, maka stimulus dan respon adalah
suatu kesatuan
Psikologi sangat
berkaitan dengan biologi dan merupakan cabang yang berkembang dari biologi.
Maka pemahaman tentang anatomi dan fungsi fisiologis akan sangat membantu
pemahaman terhdap fungsi mental.
Menerima berbagai
metode dalam mempelajari aktivitas mental manusia. Meskipun sebagian besar
riset di Uni. Chicago (pusat berkembangnya aliran fungsionalisme) menggunakan
metode eksperimen, pada dasarnya aliran fungsionalisme tidak berpegang pada
satu metode inti. Metode yang digunakan sangat tergantung dari permasalahan
yang dihadapi
Tokoh-tokoh
John Dewey
(1859-1952)
Latar belakangnya
adalah seorang guru dan mendapat gelar PH.D dalam bidang filsafat. Ia kemudian
mengajar di University of Chicago dan ikut dalam perkembangan fungsionalisme di
Chicago. Tahun 1904 pindah ke Columbia University dan tinggal di sana hingga
akhir hayatnya.
Pandangan utamanya
bahwa sebuah aksi psikologis adlaah suatu kesatuan yang utuh, tidak dapat
dipecah ke dalam bagian-bagian atau elemen (seperti yang dilakukan oleh
strukturalisme). Maka setiap psychological events tidak bisa dipandang sebagai
konstruk-konstruk abstrak. Akan lebih bermanfaat apabila difokuskan pada fungsi
psy. Events tersebut, yaitu dalam konteksnya sebagai adaptasi manusia. Contoh :
anak yang mengulurkan jarinya sebagai respon adanya api dan terbakar.
James Rowland Angell
(1867-1949)
Berasal dari keluarga
terpelajar, ayah dan kakeknya pernah menjabat sebagai rektor dari universitas
besar di AS. Ia memperoleh gelar M.A. dari Harvard dan menjadi murid William
James di sana. Sepanjang karirnya ia tidak pernah mendapat gelar Ph.D namun
memperoleh 23 gelar doktor honoris causa. Ia menjabat kepala departemen
psikologi dan pernah menjabat sebagai presiden dari APA.
Angell adalah seorang
yang kritikal terhadap strukturalisme. Pada masa keaktifannya, aliran
fungsionalisme sedang berkembang dan berjuang untuk memperoleh tempat yang mapan
dalam khasanah dunia ilmu sehingga juga memunculkan banyak kritik terhadap
aliran strukturalisme yang sudah lebih dlu mapan. Baginya, psychological entity
tidak ada yang dapat dipisah-pisah seperti sel dalam ilmu biologi.
Psychological entity adalah sebuah kompleks yang kita kenal sebagai persepsi.
Hal ini jelas tidak sejalan dengan strukturalisme.
Functional psychology
adalah sebuah studi tentang operasi mental, mempelajari fungsi-fungsi kesadaran
dalam menjembatani antara kebutuhan manusia dan lingkungannya. Fungsionalisme
menekankan pada totalitas dalam hubungan mind and body.
Harvey A. Carr
(1873-1954)
Carr menggantikan
Angell sebagai Kepala Departemen Psikologi di Chicago setelah menerima gelar
Ph.Dnya. Pada masa ini fungsionalisme sudah menjadi aliran yang mapan dan tidak
terlalu bersaing lagi dengan strukturalisme
Bagi Carr, aspek
penting dari psikologi adalah perilaku adaptif manusia. Ia menjelaskan berbagai
fungsi mental manusia (perception, learning, emotion dan thinking )dengan
kerangka berpikir perilaku adaptif manusia.
Sumbangan
Mengembangkan ruang
lingkup psikologi dari segi kelompok subyek (anak, binatang) maupun bidang
kajian (psikologi abnormal, psychological testing, psikologi terapan). Hal ini
dimungkinkan karena aliran fungsionalisme lebih terbuka kepada perbedaan
individual dan bidang aplikasi daripada strukturalisme. Salah satu pelopor
psychological testing adalah James McKeen Cattell, mantan murid Wundt.
Selanjutnya bidang psychological testing ini menjadi salah satu bidang kajian penting
dan paling populer dalam psikologi.
Memperkenalkan
pentingnya perilaku nyata sebagai representasi dari aktivitas mental. Pandangan
ini mempersiapkan jalan bagi berkembangnya aliran baru, behaviorisme yang
berpegang pada perilaku nyata sebagai satu-satunya obyek psikologi
Memperkenalkan konsep
penyesuaian diri sebagai obyek psikologi. Konsep adaptasi dan adjustmen ini
menjadi konsep yang sangat penting dan sentral bagi beberapa bidang studi
psikologi selanjutnya, seperti kesehatan mental dan psikologi abnormal.
Kritik terhadap
Fungsionalisme
Kritik utama dari
aliran strukturalisme adalah lebih pentingnya isi/elemen mental daripada
prosesnya. Pada masa dimana terjadi persaingan ketat antara fungsionalisme dan
strukturalisme, kritik ini cukup mendapat perhatian penting.
Kurang adanya fokus
yang jelas dan terarah dalam aliran fungsionalisme. Para tokoh tidak pernah
terlalu jelas dan elaboratif dalam mengungkapkan konsep-konsepnya dalam karya
mereka. Akibatnya aliran ini dianggap tidak terlalu utuh dan terintegrasi dan
berdampak pada posisinya yang kurang kuat sebagai sebuah sistem.
Bersifat
teleological, sesuatu ditentukan oleh tujuannya. Hal ini menggambarkan
orientasi pragmatisme yang seringkali dikritik sebagai lebih berorientasi pada
hasil dan tidak memperhatikan proses.
Terlalu eklektik,
mencampurkan berbagai ide dan konsep dari beragam sumber sehingga terkesan
kompromistis dan kehilangan bentuk asli. Pada dasarnya, fungsionalisme memang
tidak ingin muncul sebagai sebuah aliran yang strict dan lebih memilih untuk
dapat lebih fleksibel dalam mencapai tujuan-tujuannya.
Komentar :
Fungsionalisme tidak
bertahan lama juga sebagai sebuah aliran, sama seperti strukturalisme yang
sering ditentangnya. Meskipun demikian, banyak ide-ide aliran ini yang kemudian
diserap oleh aliran besar psikologi modern di AS.
B. aliran behaviorisme
Behaviorisme muncul
sebagai kritik lebih lanjut dari strukturalisme Wundt. Meskipun didasari
pandangan dan studi ilmiah dari Rusia, aliran ini berkembang di AS, merupakan
lanjutan dari fungsionalisme.
Behaviorisme secara
keras menolak unsur-unsur kesadaran yang tidak nyata sebagai obyek studi dari
psikologi, dan membatasi diri pada studi tentang perilaku yang nyata. Dengan
demikian, Behaviorisme tidak setuju dengan penguraian jiwa ke dalam elemen
seperti yang dipercayai oleh strukturalism. Berarti juga behaviorisme sudah
melangkah lebih jauh dari fungsionalisme yang masih mengakui adanya jiwa dan
masih memfokuskan diri pada proses-proses mental
Meskipun pandangan
Behaviorisme sekilas tampak radikal dan mengubah pemahaman tentang psikologi
secara drastis, Brennan (1991) memandang munculnya Behaviorisme lebih sebagai
perubahan evolusioner daripada revolusioner. Dasar-dasar pemikiran Behaviorisme
sudah ditemui berabad-abad sebelumnya.
PRINSIP DASAR
BEHAVIORISME
Perilaku nyata dan terukur
memiliki makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan dari jiwa atau mental yang
abstrak
Aspek mental dari
kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah pseudo problem untuk sciene,
harus dihindari.
Penganjur utama
adalah Watson : overt, observable behavior, adalah satu-satunya subyek yang sah
dari ilmu psikologi yang benar.
Dalam
perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem ini dikembangkan lagi oleh para
behaviorist dengan memperluas ruang lingkup studi behaviorisme dan akhirnya
pandangan behaviorisme juga menjadi tidak seekstrem Watson, dengan
mengikutsertakan faktor-faktor internal juga, meskipun fokus pada overt
behavior tetap terjadi.
Aliran behaviorisme
juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan bersifat positivistik dalam
perkembangan ilmu psikologi.
Banyak ahli (a.l.
Lundin, 1991 dan Leahey, 1991) membagi behaviorisme ke dalam dua periode, yaitu
behaviorisme awal dan yang lebih belakangan.
Tokoh-tokoh
B.F. Skinner
Prinsip-prinsip utama
pandangan Skinner:
Descriptive
behaviorism, pendekatan eksperimental yang sistematis pada perilaku yang
spesifik untuk mendapatkan hubungan S-R. Pendekatannya induktif. Dalam hal ini
pengaruh Watson jelas terlihat
Empty organism,
menolak adanya proses internal pada individu.
Menolak menggunakan
metode statistical, mendasarkan pengetahuannya pada subyek tunggal atau subyek
yang sedikit namun dengan manipulasi eksperimental yang terkontrol dan
sistematis.
Konsep-konsep utama:
1. Proses operant
conditioning:
Memilah perilaku
menjadi respondent behavior dan operant behavior. Respondent terjadi pada
kondisioning klasik, dimana reinforcement mendahului UCR/CR. Dalam kondisi
sehari-hari yang lebih sering terjadi adalah operant behavior dimana
reinforcement terjadi setelah response.
Positive dan negative
reinforcers [kehadirannya PR menguatkan perilaku yang muncul, sedangkan justru
ketidakhadiran NR yang akan menguatkan perilaku].
Extinction: hilangnya
perilaku akibat dari dihilangkannya reinforcers
Schedules of
reinforcement, berbagai variasi dalam penjadwalan pemberian reinforcement dapat
meningkatkan perilaku namun dalam kadar peningkatan dan intensitas yang
berbeda-beda (lih Lundin, 1991 fig. 4.p.213)
Discrimination :
organisma dapat diajarkan untuk berespon hanya pada suatu stimulus dan tidak
pada stimulus lainnya. Caranya adalah secara konsisten memberi reinforcement
hanya pada respon bagi stimulus yang diinginkan dan tidak pada respon terhadap
stimulus lainnya.
Secondary
reinforcement, adalah stimulus yang sudah melalui proses
pemasangan/kondisioning dengan reinforcer asli sehingga akhirnya bisa
mendapatkan efek reinforcement sendiri. Dalam kenyataan riil kehidupan manusia,
hampir semua yang kita anggap sebagai reinforcement adalah secondary reinforcer.
Aversive
conditioning, proses kondisioning dengan melibatkan suasana tidak menyenangkan.
Hal ini dilakukan dengan punishment. Reaksi organisme adalah escape atau
avoidance.
2. Behavior
Modification
Adalah penerapan dari
teori Skinner, sering juga disebut sebagai behavior therapy. Merupakan
penerapan dari shaping (pembentukan TL bertahap), penggunaan positive
reinforcement secara selektif, dan extinction. Pendektan ini banyak diterapkan
untuk mengatasi gangguan perilaku.
Kritik terhadap
Skinner:
Pendekatannya yg
lebih bersifat deskriptif dan kurang analitis dianggap kurang valid sebagai
sebuah teori
Validitas dari
kesimpulan yang diambilnya yang merupakan generalisasi berlebihan dari satu
konteks perilaku kepada hampir seluruh perilaku umum
Pandangan ‘empty
organism’ mengundang kritik dari pendukung aspek biologis dan psikologi
kognitif yang percaya pada kondisi internal mansuia, entah itu berupa proses
biologis atau proses mental
Sumbangan Skinner:
Salah seorang
psikolog yang pandangannya paling berpengaruh dan banyak dirujuk oleh para
psikolog lainnya
Mengembangkan
sejumlah prinsip-prinsip psikologis yang cukup terbukti aplikatif terhadap
masalah-masalah perilaku yang nyata karena didukung oleh hasil-hasil eksperimen
yang jelas
Memberikan ide
kreatif dan baru bagi metode dalam belajar dan terapi yang konvensional
Albert Bandura (1925
- ..)
Bandura lahir di
Canada, memperoleh gelar Ph. D dari University of Iowa dan kemudian mengajar di
Stanford Uni.
Sebagai seorang
behaviorist, Bandura menekankan teorinya pada proses belajar tentang respon
lingkungan. Oleh karenya teorinya disebut teori belajar sosial, atau modeling.
Prinsipnya adalah
perilaku merupakan hasil interaksi resiprokal antara pengaruh tingkah laku,
koginitif dan lingkungan. Singkatnya, Bandura menekankan pada proses modeling
sebagai sebuah proses belajar.
Teori utama :
Observational
learning atau modeling adalah faktor penting dalam proses belajar manusia.
Dalam proses
modeling, konsep reinforcement yang dikenal adlaah vicarious reinforcement, reinforcement
yang terjadi pada orang lain dapat memperkuat perilaku individu.
Self-reinforcement, individu dapat memperoleh reinforcement dari dalam dirinya
sendiri, tanpa selalu harus ada orang dari luar yang memberinya reinforcement.
Menekankan pada self-regulatory
learning process, seperti self-judgement, self-control, dan lain sebagainya.
Memperkenalkan konsep
penundaan self-reinforcement demi kepuasan yang lebih tinggi di masa depan
Sumbangan Bandura:
Bandura membuka
perspektif baru dalam aliran behavioristik dengan menekankan pada aspek
observasi dan proses internal individu. Bagi mereka yang beraliran kognitif,
pandangan Bandura ini dirasakan lebih lengkap dibandingkan pandangan ahli
behavioristik lainnya.
Teorinya ini juga
didukung oleh percobaan eksperimental yang dapat dipertanggungjawabkan
Kritik terhadap
Bandura
Kritik terutama
datang dari kelompok aliran behavioristik keras, yang memandang Bandura lebih
tepat untuk dimasukan dalam kelompok aliran kognitif dan tidak diakui sebagai
bagian dari behavioristik. Penyebab utamanya karena pandangan Bandura yang
kental aspek mentalnya.
C. aliran psikoanalisa
Psikoanalisa dapat
dikatakan sebagai aliran psikologi yang paling dikenal meskipun mungkin tidak
dipahami seluruhnya. Namun psikoanalisa juga merupakan aliran psikologi yang
unik, tidak sama seperti aliran lainnya. Aliran ini juga yang paling banyak
pengaruhnya pada bidang lain di luar psikologi, melalui pemikiran Freud.
Tokoh-tokoh
1. Sigmund Freud
(1856-1939)
Pemikiran dan teori
Freud membagi mind ke
dalam consciousness, preconsciousness dan unconsciousness. Dari ketiga aspek
kesadaran, unconsciousness adalah yang paling dominan dan paling penting dalam
menentukan perilaku manusia (analoginya dengan gunung es). Di dalam
unsconscious tersimpan ingatan masa kecil, energi psikis yang besar dan
instink. Preconsciousness berperan sebagai jembatan antara conscious dan
unconscious, berisi ingatan atau ide yang dapat diakses kapan saja.
Consciousness hanyalah bagian kecil dari mind, namun satu-satunya bagian yang
memiliki kontak langsung dengan realitas.
Freud mengembangkan
konsep struktur mind di atas dengan mengembangkan ‘mind apparatus’, yaitu yang
dikenal dengan struktur kepribadian Freud dan menjadi konstruknya yang
terpenting, yaitu id, ego dan super ego.
Id adalah struktur
paling mendasar dari kepribadian, seluruhnya tidak disadari dan bekerja menurut
prinsip kesenangan, tujuannya pemenuhan kepuasan yang segera.
Ego berkembang dari
id, struktur kepribadian yang mengontrol kesadaran dan mengambil keputusan atas
perilaku manusia. Superego, berkembang dari ego saat manusia mengerti nilai
baik buruk dan moral.
Superego
merefleksikan nilai-nilai sosial dan menyadarkan individu atas tuntuta moral.
Apabila terjadi pelanggaran nilai, superego menghukum ego dengan menimbulkan
rasa salah.
Ego selalu menghadapi
ketegangan antara tuntutan id dan superego. Apabila tuntutan ini tidak berhasil
diatasi dengan baik, maka ego terancam dan muncullah kecemasan (anxiety). Dalam
rangka menyelamatkan diri dari ancaman, ego melakukan reaksi defensif
/pertahanan diri. Hal ini dikenal sebagai defense mecahnism yang jenisnya bisa
bermacam-macam, a.l. repression.
c. Sumbangan Freud
Sebagai orang pertama
yang menyentuk konsep-konsep psikologi seperti peran ketidaksadaran
(unconsciousness), anxiety, motivasi, pendekatan teori perkembangan untuk
menjelaskan struktur kepribadian
Posisinya yang kukuh
sebagai seorang deterministik sekaligus menunjukkan hukum-hukum perilaku,
artinya perilaku manusia dapat diramalkan
Freud juga mengkaji
produk-produk budaya dari kacamata psikoanalisa, seperti puisi, drama, lukisan,
dan lain-lain. Oleh karenanya ia memberi sumbangan juga pada analisis karya
seni
d. Kritik Freud
Metode studinya yang
dianggap kurang reliabel, sulit diuji secara sistematis dan sangat subyektif
Konstruk-konstruk
teorinya juga sulit diuji secara ilmiah sehingga diragukan keilmiahannya. Beberapa
konsepnya bahkan dianggap fiksi, seperti Oedipus complex
Bagi aliran
behaviorist, yang dilakukan Freud adalah mempelajari intervening variable
D. aliran gestalt
Istilah “Gestalt”
mengacu pada sebuah objek/figur yang utuh dan berbeda dari penjumlahan
bagian-bagiannya.
Aliran Gestalt muncul
di Jerman sebagai kritik terhadap strukturalisme Wundt. Pandangan Gestalt
menolak analisis dan penguraian jiwa ke dalam elemen-elemen yang lebih kecil
karena dengan demikian, makna dari jiwa itu sendiri berubah sebab bentuk
kesatuannya juga hilang.
Tokoh Gestalt
Max Wertheimer
(1880-1943)
Belajar pada Kuelpe,
seorang tokoh aliran Wuerzburg. Bersama-sama dengan Wolfgang Koehler
(1887-1967) dan Kurt Koffka (1887-1941) melakukan eksperimen yang akhirnya
menelurkan ide Gestalt. Tahun 1910 ia mengajar di Univeristy of Frankfurt
bersama-sama dnegan Koehler dan Koffka yang saat itu sudah menjadi asisten di
sana.
Konsep pentingnya :
phi phenomenon (bergeraknya obyek statis menjadi rangkaian gerakan yang dinamis
setelah dimunculkan dalam waktu singkat dan dengan demikian memungkinkan
manusia melakukan interpretasi).
Dengan konsep ini,
Wertheimer menunjuk pada proses interpretasi dari sensasi obyektif yang kita
terima. Proses ini terjadi di otak dan sama sekali bukan proses fisik, tetapi
proses mental. Dengan pernyataan ini ia menentang pendapat Wundt yang menunjuk
pada proses fisik sebagai penjelasan phi phenomenon.
Prinsip dasar
Gestalt.
Interaksi antara
individu dan lingkungan disebut sebagai perceptual field. Setiap perceptual
field memiliki organisasi, yang cenderung dipersepsikan oleh manusia sebagai
figure and ground. Oleh karena itu kemampuan persepsi ini merupakan fungsi
bawaan manusia, bukan skill yang dipelajari. Pengorganisasian ini mempengaruhi
makna yang dibentuk.
Prinsip-prinsip
pengorganisasian:
Principle of
Proximity: Organisasi berdasarkan kedekatan elemen
Principle of
Similarity: Organisasi berdasarkan kesamaan elemen
Principle of
Objective Set: Organisasi berdasarkan mental set yang sudah terbentuk
sebelumnya
Principle of
Continuity: Organisasi berdasarkan kesinambungan pola
Principle of Closure/
Principle of Good Form: Organisasi berdasarkan “bentuk yang sempurna”
Principle of Figure
and Ground: Organisasi berdasarkan persepsi terhadap bentuk yang lebih menonjol
dan dianggap sebagai “figure”. Dimensi penting dalam persepsi figur dan obyek
adalah hubungan antara bagian dan figure, bukan karakteristik dari bagian itu
sendiri. Meskipun aspek bagian berubah, asalkan hubungan bagian-figure tetap,
persepsi akan tetap. Contoh : perubahan nada tidak akan merubah persepsi
tentang melodi.
Principle of
Isomorphism: Organisasi berdasarkan konteks.
E. aliran humanistik
Muncul sebagai kritik
terhadap pandangan tentang manusia yang mekanistik ala behaviorisme dan
pesimistik ala psikoanalisa. Oleh karenanya sering disebut sebagai the third
force (the first force is behaviorism, the second force is psychoanalysis).
Prinsip utama
Memahami manusia
sebagai suatu totalitas. Oleh karenanya sangat tidak setuju dengan usaha untuk
mereduksi manusia, baik ke dalam formula S-R yang sempit dan kaku
(behaviorisme) ataupun ke dalam proses fisiologis yang mekanistis. Manusia
harus berkembang lebih jauh daripada sekedar memenuhi kebutuhan fisik, manusia
harus mampu mengembangkan hal-hal non fisik, misalnya nilai ataupun sikap.
Metode yang digunakan
adalah life history, berusaha memahami manusia dari sejarah hidupnya sehingga
muncul keunikan individual.
Mengakui pentingnya
personal freedom dan responsibility dalam proses pengambilan keputusan yang
berlangsung sepanjang hidup. Tujuan hidup manusia adalah berkembang, berusaha
memenuhi potensinya dan mencapai aktualitas diri. Dalam hal ini intensi dan
eksistensi menjadi penting. Intensi yang menentukan eksistensi manusia
Mind bersifat aktif,
dinamis. Melalui mind, manusia mengekspresikan keunikan kemampuannya sebagai
individu, terwujud dalam aspek kognisi, willing, dan judgement. Kemampuan khas
manusia yang sangat dihargai adalah kreativitas. Melalui kreativitasnya,
manusia mengekspresikan diri dan potensinya.
Pandangan humanistic
banyak diterapkan dalam bidang psikoterapi dan konseling. Tujuannya adalah
meningkatkan pemahaman diri.
Tokoh
Carl Rogers (1902 –
1988)
Lahir di Illinois dan
sejak kecil menerima penanaman yang ketat mengenai kerja keras dan nilai agama
Protestan. Kelak kedua hal ini mewarnai teori-teorinya. Setelah mempelajari
teologi, ia masuk Teacher’s College di Columbia Uni, dimana banyak tokoh psikologi
mengajar. Di Columbia Uni ia meraih gelar Ph.D.
Rogers bekerja sbg
psikoterapis dan dari profesinya inilah ia mengembangkan teori humanistiknya.
Dalam konteks terapi, ia menemukan dan mengembangkan teknik terapi yang dikenal
sebagai Client-centered Therapy. Dibandingkan teknik terapi yang ada masa itu,
teknik ini adalah pembaharuan karena mengasumsikan posisi yang sejajar antara
terapis dan pasien (dalam konteks ini pasien disebut klien). Hubungan
terapis-klien diwarnai kehangatan, saling percaya, dan klien diberikan
diperlakukan sebagai orang dewasa yang dapat mengambil keputusan sendiri dan
bertanggungjawab atas keputusannya. Tugas terapis adalah membantu klien
mengenali masalahnya, dirisnya sendiri sehingga akhrinya dapat menemukan solusi
bagi dirinya sendiri.
Keseluruhan
pengalaman eksternal dan internal psikologis individu membentuk organisma.
Organisma adalah kenyataan yang dihayati individu, dan disebut sebagai
subjective reality, unik dari satu individu ke individu lainnya. Self (diri)
berkembang dari organisma. Semakin koheren organisma dan self, semakin sehat
pribadi tersebut dan sebaliknya.
Sebagaimana ahli
humanistic umumnya, Rogers mendasarkan teori dinamika kepribadian pada konsep
aktualisasi diri. Aktualisasi diri adalah daya yang mendorong pengembangan diri
dan potensi individu, sifatnya bawaan dan sudah menjadi cirri seluruh manusia.
Aktualisasi diri yang mendorong manusia sampai kepada pengembangan yang optimal
dan menghasilkan cirri unik manusia seperti kreativitas, inovasi, dan lain-lain.
Abraham Maslow
(1908-1970)
Maslow dikenal dengan
teori motivasinya. Teori ini mengasumsikan bahwa perkembangan psikologis
manusia didorong oleh hirarki kebutuhannya, yaitu physiological needs, safety
needs, love & belonging needs, esteen needs, dan self-actualization.
Evaluasi Humanistik
Aliran humanistic
menyumbangkan arah yang positif dan optimis bagi pengembangan potensi manusia,
disebut sebagai yang mengembalikan hakikat psikologi sbg ilmu tentang manusia
Kritik terutama
diarahkan pada perspektif dan metodenya yang subyektif, dan tidak reliable.
Komentar :
Berlawanan dengan
perkiraan para ahli yang menentangnya, aliran humanistic bertahan dan bahkan
semakin banyak pengikutnya. Humanistik bahkan dapat dikatakan sebagai agama
untuk sementara ahli.
0 komentar:
Posting Komentar