Aliran-Aliran Psikologi


Strukturalisme
Aliran struktualisme adalah aliran yang dikembangkan oleh Titchener di Amerika. Strukturalisme adalah aliran psikologi pertama yang dihasilkan dari eksperimen-eksperimen yang dilakukan Wilhelm Wundt di Leipzig, Jerman. Sebelum tahun 1879, banyak orang yang sudah mengenal psikologi, namun pada saat itu belum ada yang menyebutkan dirinya sebagai sarjana psikologi. Sarjana-sarjana yang mempelajari psikologi pada umumnya adalah para ahli filsuf, faal dan dokter. Wundt sendiri awalnya adalah seorang dokter. Akan tetapi dengan berdirinya labotarorium psikologinya, ia tidak lagi disebut sebagai dokter atau ahli faal. Hal ini dikarenakan ia mulai melakukan dan memfokuskan diri pada eksperimen-eksperimen yang dilakukan di laboratoriumnya. Strukturalisme dapat dengan mudah diterima di Amerika dan Jerman, karena pada saat itu psikologi merupakan hal yang baru. Masyarakat juga dengan mudah dapat menerima keberadaan aliran struktualisme karena belum ada eksperimen dan aliran psikologi lain yang muncul pada saat itu. Strukturalisme disebarkan dan dipopulerkan di Amerika oleh Titchener dan bertahan hingga 25 tahun dan berakhir pada saat Titchener wafat. Untuk memperdalam mengenai sejarah aliran ini, berikut akan dibahas dua tokoh sentral dalam Strukturalisme.
Penelitian Wundt tentang pengalaman dan kesadaran meliputi hal-hal seperti waktu merespon, perhatian, hubungan kata, perasaan, sensasi dan persepsi. Wundt membagi dua jenis pengalaman, yaitu perantara dan langsung. Pengalaman perantara contohnya seperti cahaya dan gelombang suara. Pengalaman langsung seperti warna dan tingkat suara (tone). Bagi Wundt, yang menjadi ranah psikologi ialah terkait dengan pengalaman langsung. Selain itu, Wundt juga membagi menjadi dua berdasarkan kesadaran yaitu sensasi dan persepsi (perasaan). Sebenarnya terdapat kelas images, tetapi kontribusinya hanya sedikit dan tidak memiliki perbedaan berarti dengan sensasi. Dalam persepsi, terdapat istilah tridimensional theory of feelings, yaitu penjelasan Wundt tentang persepsi. Ia membaginya menjadi tiga poros,pleasure/displeasure, tension/relaxation, dan excitement/depression. Wundt menghubungkan kesadaran dengan perhatian (attention). Dalam hal ini perhatian terwujud dalam bentuk apersepsi. Apersepsi berperan dalam menentukan pusat perhatian kepada stimulus dan mengorganisir elemen-elemen kesadaran menjadi satu kesatuan. Misalnya ketika melihat pohon, kita akan melihatnya secara keseluruhan sebagai pohon, bukan dari elemen-elemen dasar seperti saturasinya, terang-gelapnya, bentuknya yang menyusun pohon tersebut.
Wundt merumuskan tujuan pencapaiannya dalam meneliti tentang kesadaran ini, yaitu:
1. Analisa proses kesadaran menjadi elemen-elemen dasar
2. Mengetahui bagaimana elemen-elemen tersebut saling terkait
3. Menentukan hukum keterkaitan yang mencakup semua elemen-elemen tersebut
Contoh terapan dari penelitian Wundt ialah dimana seorang observer diberikan stimulus berupa potret diri. Ketika diminta menjelaskan pengalamannya saat diberikan stimulus tersebut, observer yang sudah dilatih menjadi introspeksionis akan menjabarkan pengalamannya secara parsial. Misalnya, “saya melihat warna hitam di bagian atas dengan goresan-goresan kasar”, “saya merasakan permukaan yang bergelombang dan tidak rata ketika menyentuh stimulus”, “saya melihat dominasi warna kuning kecoklatan”, dan sebagainya. Akan keliru bagi introspeksionis jika dalam menjabarkan pengalamannya malah menyebutkan hal-hal sebagai berikut, “saya melihat potret diri”, “bagian atas terdapat rambut”, “permukaan kanvasnya kasar”. Hal ini menjadi keliru, karena “potret diri”, “rambut”, dan “kanvas” bukanlah elemen utama dari kesadaran, melainkan istilah dari konsep akan sesuatu yang telah digeneralisasi dari elemen-elemen kesadaran tersebut.
Wundt mengemukakan beberapa titik lemah dari psikologi. Kelemahan tersebut mendasar dan terkait dengan metode introspeksi Wundt yang menyatakan bahwa dalam penelitian, observer harus memenuhi empat kriteria untuk menjadi seorang introspeksionis yang handal. Pertanyaannya adalah, “Ketika introspeksi dilakukan oleh beberapa observer berbeda, akan mendapatkan hasil yang berbeda pula (stimulus yang diberikan sama), lalu bagaimana peneliti menentukan jawaban yang benar?”. Wundt berargumen bahwa metodenya dapat ditingkatkan dengan
Edward Bradford Titchener
Selain Wundt, tokoh lain yang cukup berpengaruh dalam aliran strukturalisme adalah Edward Bradford Titchener. Wundt menyebarkan strukturalisme di Eropa, sedangkan Titchener menyebarkan strukruralisme di Amerika. Titchener lahir pada tanggal 1 November 1867 dan meninggal pada tanggal 8 Maret 1927. Titchener memperoleh beasiswa ke Oxford, di mana ia memulai studinya di filsafat dan sastra klasik. Ia belajar satu tahun tambahan di Oxford dalam ilmu pengetahuan dengan eksperimental fisiologi Burdon Sanderson. Ia belajar di Leipzig dengan menerima gelar PhD pada tahun 1892. Titchener sempat kuliah beberapa saat di Oxford dan menjadi dosen ekstensi dalam Biologi. Ia juga mengambil posisi di Cornell pada tahun 1892 sebagai Profesor Psikologi dan dikembangkan di laboratoriumnya. Ia berhasil menerbitkan 10 makalah di bidang Biologi pada saat awal bekerja. Ia membentuk asosiasi psikologi eksperimental yang masih ada sampai sekarang sebagai Masyarakat Psikolog Eksperimental. Ia pun mengembangkan gagasan dari Wundt, namun ia banyak memisahkan diri dari ide gurunya tersebut. Titchener berhasil menciptakan sistem psikologi struktural yang kemudian disebut studi strukturalisme tentang struktur elemental kesadaran berdasarkan intropeksi (Evans, 1991).
Menurut Titchener, strukturalisme membicarakan tentang kesadaran. Kesadaran ini merupakan sesuatu yang abstrak, sehingga metode yang digunakan untuk mengukur kesadaran tersebut ialah introspeksi dari pengalaman. Titchener membedakan kesadaran dengan mind. Mind itu sendiri merupakan akumulasi pengalaman sadar sejak lahir hingga saat ini. Dalam strukturalismenya, Titchener memperkenalkan konsep fisiologi-psikologi. Unsur fisiologi dimasukkannya karena latar belakangnya yang merupakan lulusan kedokteran. Sedangkan aspek fisiologi yang dimaksud ialah ruang, waktu, dan massa. Ketiga aspek ini bersifat konkrit, yang mana dapat dinyatakan dalam ukuran matematis. Aspek ruang diukur dalam satuan meter, aspek waktu diukur dalam satuan sekon, dan aspek massa diukur dalam satuan gram. Besaran ini merupakan sesuatu yang mutlak dan universal. Pengalaman akan hal yang bersifat konkrit ini ternyata bisa berbeda-beda bagi setiap individu. Misalnya untuk satuan waktu, menonton film dua jam akan terasa lebih menyenangkan daripada belajar statistik selama dua jam. Bagi orang yang tidak menyukai statistik, ia akan merasa waktu terasa sangat lama ketika mempelajarinya, sedangkan bagi yang menonton film, ia tidak akan merasakan bahwa sudah selama itu ia menonton. Inilah yang menjadi aspek psikologis, yaitu kesadaran dari strukturalisme. Titchener juga membuat istilah stimulus eror dalam strukturalismenya, “The stimulus error is, in fact, the material aspect of what appears, in more formal guise, as the error of logical reflection or of Kundgabe; it is an error both subtle and pervasive; and the more closely our psychological [p. 489] method  approximates the methods of observation employed in other laboratories or in daily life, the greater is the likelihood that our students fall victims to it.” (Titchener, 1912). Disamping itu semua, Titchener juga mendirikan laboratorium Psikologi di Universitas Cornell dan menggagaskan kajiannya di Amerika (Razali, Jantan & Hashim, 2004).
Dalam alirannya, Wundt menetapkan aspek kualitas dan intensitas sama seperti Titchener. Akan tetapi yang membedakannya ialah Titchener menambahkan elemen durasi, kejelasan, dan perpanjangan (extensity) dalam strukturalismenya. Dalam hal ini, Titchener menjawab pertanyaan “apa” tentang psikologi, yaitu merujuk pada analisis introspektif dan sistematis terhadap suatu fenomena psikologis. “The ideal introspective report is an accurate description, made in the interests of psychology, of some conscious process. Causation, dependence, development are then matters of inference” (Titchener, 1912).
Ada beberapa kritik yang diajukan terhadap strukturalisme Titchener. Pertama, mengenai metode introspeksinya. Immanuel Kant menyatakan bahwa segala percobaan mengenai pengalaman kesadaran yang melibatkan introspeksi, akan mengubah pengalaman kesadaran tersebut. Hal ini dikarenakan adanya variabel observasi yang dimasukan ke dalam esensi dari pengalaman kesadaran tersebut. Auguste Comte juga menentang, bahwa jika memangmind dapat melakukan observasi, maka mind akan terbagi dua di saat yang sama, dimana yang satu mengobservasi dan satunya melakukan aktivitas. Hal ini tidak mungkin terjadi menurut Auguste Comte. Kritik terhadap metode introspeksi Titchener bisa disebabkan karena definisi tentang metode intospeksi tersebut kurang ilmiah atau spesifik. Titchener mengalami kesulitan dalam merumuskan definisi tersebut, karenanya ia mengkaitkannya dengan kondisi eksperimental yang spesifik.
Selain itu, kritik juga ditujukan terkait dengan apa yang dilatih terhadap introspeksionis dalam mengutarakan pengalaman kesadaran mereka. Ajaran didikan Titchener diinstruksikan untuk tidak menggunakan beberapa kata saat menyampaikan pengalaman kesadaran, seperti “aku melihat meja”. Kata “meja” tidak memiliki arti ilmiah dalam hal ini, karena merupakan generalisasi dari satuan elemen kesadaran yang sebenarnya menjadi fokus utamanya. Dari sini, pertanyaan yang muncul menjadi, “Jika beberapa kata dihilangkan, maka sebaiknya bagaimana introspeksionis tersebut dapat menyampaikan pengalamannya?”. Titchener dalam hal ini berniat untuk membuat bahasa baru untuk introspeksionis, tetapi hal ini tidak pernah terwujud.
Titchener juga bersifat eksklusif, ia hanya memikirkan immediate experience atau pengalaman langsung sebagai bahasan psikologi. Ia tidak menghiraukan aplikasinya ke dunia nyata dan tidak terpengaruh oleh bahasan psikologi yang sedang berkembang (sosial, abnormal, anak, hewan, dll). William James dalam pragmatismenya, mengkritik strukturalisme tidak berguna, karena tidak bersifat aplikatif.
Kritik yang terakhir menyatakan bahwa introspeksi sebenarnya merupakan bentuk retrospeksi. Hal ini karena setelah mengamali stimulus, terdapat rentang waktu bagi observer untuk menceritakan pengalamannya. Padahal dalam penelitian Ebbinghaus dikatakan bahwa manusia memiliki tingkat melupakan yang tinggi. Oleh karena itu, bisa saja ada beberapa pengalaman yang terlewat.
Meskipun terdapat banyak kritik, strukturalisme Titchener telah memberikan kontribusi terhadap perkembangan psikologi masa kini. Titchener berpendapat psikologi harus lepas dari kekuatan metafisika, pikiran awam, dan kepentingan kegunaan atau terapan yang akan merusak integritasnya. Titchener bersama dengan Wundt berupaya untuk mempertahankan integritas psikologi dengan membedakannya dari fisika. Subjek pembahasan psikologi strukturalisme adalah proses kesadaran dan bebas dari asosiasi (Brennan, 2006).

2.1. Pengertian Psikologi
1. Ilmu Jiwa, tingkah laku, perilaku.
2. Ilmu tentang kehidupan mental (The science of mental life).
3. Crow & Crow; Psychology is the study of human behavior and human relationship.
4. Tingkah laku manusia, apa, mengapa dan bagaimana yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan, factor-faktor apa yang mendorong manusia, memikirkan, merasakan dan melakukan sesuatu.

Yang dipelajari dalam psikologi
1. Segala kegiatan/tindakan/perbuatan baik yang kelihatan maupun yang tidak, sadar ataupun tidak sadar dan sengaja ataupun yang tidak.
2. Interaksi antara manusia dengan manusia dan interaksi manusia dengan selain manusia.
Jenis tingkah laku
1. Nyata (eksplisit, terbuka)Yaitu tingkah laku yang dapat diamati, contohnya tertawa dan menangis.
2. Tidak nyata (implisit, tertutup)Yaitu tingkah laku yang tidak bisa diamati, namun indikatornya yang bias diamati. Misalnya berfikir, mengingat, merasakan, berkhayal, sedih, senang, susah, bangga, dongkol dan seterusnya.
Obyek Psikologi
1. Material Yaitu yang menyelidiki tentang manusia dan segala sifatnya
2. Formal Yaitu yang tergantung dari aspek mana yang akan dipelajari/penekanannya.
Misalnya :
- Zaman Yunani s/d abad pertengahan, obyek formalnya adalah hakekat manusia.
- Masa Deskartes, gejala-gejala kesadaran (tanggapan, perasaan, emosi, hasrat dan kemauan).
- Aliran behaviorisme (di AS abad ke 20) tingkah laku manusia yang tampak.
- Aliran Freud, gejala ketidak sadaran manusia.
Pengelompokan Psikologi
1. Metafisika Penyelidikan tentang hakekat kejiwaan (Plato + Aristoteles).
2. Empiris Yaitu penyelidikan tentang gejala-gejala kejiwaan tingkat laku manusia dengan menggunakan pengamatan, percobaan.
Hubungan antara Psikologi dengan ilmu lain
1. Psikologi dengan antropologi
2. Psikologi dengan sosiologi
3. Psikologi dengan fisiologi

2.2. Psikologi sebagai ilmu dan Ruang lingkup psikologi Karakter Ilmu
1. Melalui penelitian ilmiah
2. Memiliki Obyek tertentu.
3. Metode penelitian tertentu.
4. Sistematika yang teratur.
5. Mempunyai sejarah tertentu.
Obyek psikologi
1. Materil --- manusia
2. Formal --- jiwa/perilaku
Metode Penelitian
1. Longitudinal
2. Cross - sectional
Karakter Penelitian Ilmiah
1. Sistematis
2. Terkontrol
3. Berdasarkan data empiris
4. Teruji
5. Bersifat obyektif

2.3. Aliran-aliran dalam psikologi
1. STRUKTURALISME
1. Tokoh : WILHELM WUNDT
2. Pendapatnya : Untuk mempelajari gejala-gejala kejiwaaan kita harus mempelajari isi dan struktur jiwa seseorang.
3. Metode : Instrospeksi / mawas diri
4. Obyek : Kesadaran
Elemen mental / elemen-elemen yang lebih kecil
1. Jiwa
2. Kesadaran
3. Penginderaaan = penangkapan terhadap rangsang yang datang dari luar dan dapat dianalisa sampai elemen-elemen yang terkecil
Perasaaan sesuatu yang dimiliki dalam diri kita, tidak terlalu di pengaruh rangsangan dari luar.
Aliran Strukturalisme Tokoh WILHELM WUNDT berpendapat.
a. Untuk mempelajari gejala kejiwaan kita harus mempelajari isi dan struktur dari jiwa seseorang
b. Objek utama dalam psikologi adalah kesadaran
c. Pengalaman -pengalaman kesadaran di bagi atas 2 bagian yaitu pengindraan dan perasaan

2. FUNGSIONALISME
Tokoh : WILLIAM JAMES (1842-1910)
Pendapatnya :
• Mempelajari fungsi / tujuan akhir aktivitas
• Semua gejala psikis berpangkal pada pertanyaan dasar yaitu apakah gunanya aktivitas itu
• Jiwa seseorang diperlukan untuk melangsungkan kehidupan dan berfungsi untuk menyesuaikan diri- Lebih menekankan apa tujuan atau akhir dari suatu aktivitas

BAB STRUKTURALISME FUNGSIONALISME 1 2
Asal Pendekatannya
Jerman (ahli filsafat) Pengalaman di analisa dalam unsurnya
Amerika (Praktis Pragmatis) Pengalaman di hubungkan untuk hidup / fungsinya penyesuaian diri.

3. ASOSIASISME
a. Tokoh : THOMAS HOBBES (1588-1679)
b. Pendapatnya : Jiwa terdiri 3 bagian
1. Sensation
2. Secall
3. Association
1. Sensation : Proses seseorang menerima rangsang
2. Secall : Proses seseorang memproduksi kembali yang dialami
3. Association : Penggabungan rangsang satu dengan rangsang yang lain lahirlah berpikir
c. Metode : Eksperimen
1. Thorndike, dalam law of readiness untuk mengajarkan sesuatu dengan baik kepada seseorang, maka orang tersebut harus ada kesiapan tentang hal-hal yang akan diajarkan (Hukum Pertautan)
2. Law of effect, suatu laku yang dalam situasi tertentu memberi kepuasan akan selalu di assosiasikan (di ulang lagi kalau ada kesempatan)

4. PSIKOANALISA / PSIKOLOGI DALAM
a. Tokoh : SIGMUND FREUD (1856-1939)
b. Pendapatnya : Kehidupan manusia di kuasai oleh alam ketidaksadaran
c. Metode : Eksperimen
Psikoanalisa sebagai teori kepribadian (gunung es)
Id = libido (dorongan seksual)
Ego = melaksanakan dorongan-dorongan
Super ego = penyaring / kontrol (kata hati)
(Dream as a Wishful Fillment)

5. BEHAVIORISME
a. Tokoh : JOHN BROADUS WATSON (1878-1958)
b. Pendapatnya : Mempelajari tingkah laku, tingkah laku yang nyata, yang terbuka, yang dapat di ukur secara obyektif.
Ilmu tentang tingkah laku, rangsang, kebiasaan, belajar.
Tingkah laku Tertutup : Tingkah laku, kontraksi otot-otot sekresu kelenjar (gerakan-gerakan yang lemah), berpikir (tidak bergerak-gerak secara halus sekali selama kita berpikir)
Terbuka :

6. PSIKOLOGI HORMIC
a. Tokoh : WILLIAM MC DOUGALL (1871-1944)
b. Pendapatnya : (Hampir sama Behaviorisme)
- Tiap-tiap tingkah laku ada yang mendasarinya yaitu tujuan / arah
- Tingkah laku tidak dapat dipelajari terlepas dari tujuannya
- Tingkah laku tanpa tujuan itu refleks

7. GESTALT
a. Tokoh : MAX WERTHEIMER (1880-1943)
b. Pendapatnya : Bahwa dalam alat kejiwaan tidak terdapat jumlah unsur-unsurnya melainkan Gestalt (keseluruhan) dan tiap-tiap bagian tidak berarti dan bisa mempunyai arti kalau bersatu dalam hubungan kesatuan.

ALIRAN ALIRAN PSIKOLOGI
Apakah Anda sudah tahu apa saja aliran-aliran yang terdapat dalam Psikologi??Pastinya belum kan??Untuk itu mari kita mengenal dan memahami aliran-aliran dalam Psikologi. Pada pertengahan abad ke-19, yaitu pada awal berdirinya psikologi sebagai satu disiplin ilmu yang mandiri, psikologi didominasi oleh gagasan serta usaha mempelajari elemen-elemen dasar dari kehidupan mental orang dewasa normal,melalui penelitian laboratorium dengan menggunakan metode intropeksi.Karena adanya perkembangan dalam psikologi itu sendiri, sehingga lahirlah aliran-aliran dalam psikologi.Aliran Psikologi terbagi menjadi 5 aliran,diantaranya yaitu :

Aliran Strukturalisme (Structuralism)
Tokoh psikologi Strukturalisme adalah Wilhelm Wundt. Yang mulai berkembang pada abad ke-19 yaitu pada awal berdirinya psikologi sebagai suatu disiplin ilmu yang mandiri. Menurut Wundt untuk mempelajari gejala-gejala kejiwaaan kita harus mempelajari isi dan struktur jiwa seseorang. Metode yang digunakan adalah instrospeksi / Elemen mawas diri. Obyek yang dipelajari dalam psikologi ini adalah Kesadaran.
Mental/elemen-elemen yang kecil yaitu jiwa, kesadaran, dan penginderaan (penangkapan terhadap rangsang yang dating dari luar dan dapat dianalisa sampai elemen-elemen yang terkecil).Perasaaan sesuatu yang dimiliki dalam diri kita, tidak terlalu di pengaruh rangsangan dari luar.
Tokoh strukturalisme lain adalah Edward Bradford Titchener. Titchener merupakan orang Inggris yang mewakili pandangan-pandangan psikologi Jerman (Wundt) di Amerika Serikat. Ia adalah murid dari Wundt dan ia menerjemahkan beberapa buku Wundt dalam bahasa Inggris.

Aliran Fungsionalisme (Functional Psychology)
Aliran ini merupakan reaksi terhadap strukturalisme tentang keadaan-keadaan mental. Fungsionalisme adalah suatu tendensi dalam psikologi yang menyatakan bahwa pikiran, proses mental, persepsi indrawi, dan emosi adalah adaptasi organism biologis sebagai suatu jenis psikologi yang menggarisbawahi fungsi-fungsi dan bukan hanya fakta-fakta dari fenomena mental, atau berusaha menafsirkan fenomena mental dalam kaitan dengan peranan yang dimainkannya dalam kehidupan organism itu, dan bukan menggambarkan atau menganalisis fakta-fakta pengalaman atau kelakuan atau suatu psikologi yang mendekati masalah pokok dari sudut pandang yang dinamis, dan bukan dari sudut pandang statis.
Aliran psikologi ini pada intinya merupakan doktrin bahwa proses atau keadaan sadar seperti kehendak bebas, berpikir, beremosi, memersepsi, dan mengindrai adalah aktivitas-aktivitas atau operasi-operasi dari sebuah lingkungan fisik dan tidak dapat diberi eksistensi yang penting. Aktivitas ini memudahkan control organisme, daya tahan hidup, adaptasi, keterikatan atau penarikan diri, pengenalan, pengarahan, dan lain-lain.
Tokoh psikologi fungsionalisme adalah WILLIAM JAMES (1842-1910)
James adalah filsuf dan psikolog dari Amerika. Pendapatnya:
Mempelajari fungsi / tujuan akhir aktivitas
Semua gejala psikis berpangkal pada pertanyaan dasar yaitu apakah gunanya aktivitas itu
Jiwa seseorang diperlukan untuk melangsungkan kehidupan dan berfungsi untuk menyesuaikan diri. Psikologi ini lebih menekankan apa tujuan atau akhir dari suatu aktivitas. Dan tokoh lain aliran ini adalah James R. Angell dan John Dewey.

Aliran Psikoanalisis
Aliran behaviourisme dianggap gagal karena tidak memperhitungkan faktor kesadaran manusia. Aliran behaviourisme tidak memperhitungkan faktor pengalaman subjektif masing-masing individu (cinta, keberanian, keimanan, harapan dan putus asa). Jadi aliran ini gagal memperhitungkan kesadaran manusia dan motif-motif tidak sadarnya.
Kemudian muncullah aliran berikut: psikoanalisis. Psikoanalisis disebut sebagai depth psychology yang mencoba mencari sebab-sebab perilaku manusia pada alam tidak sadarnya. Tokoh dari aliran ini adalah Sigmund Freud seorang neurolog berasal dari Wina, Austria akhir abad ke-19. Aliran ini berpendapat bahwa manusia adalah makhluk yang berkeinginan (homo volens).
Dalam pandangan Freud, semua perilaku manusia baik yang nampak (gerakan otot) maupun yang tersembunyi (pikiran) adalah disebabkan oleh peristiwa mental sebelumnya. Terdapat peristiwa mental yang kita sadari dan tidak kita sadari namun bisa kita akses(preconscious) dan ada yang sulit kita bawa kea lam tidak sadar (unconscious). Di alam tidak sadar inilah tinggal dua struktur mental yang ibarat gunung es dari kepribadian kita, yaitu:
Id atau Es, adalah berisi energi psikis, yang hanya memikirkan kesenangan semata yaitu dorongan atau ambisi dari dalam diri yang tidak dapat dikendalikan dan harus terpenuhi tanpa berpikir rasional terlebih dahulu.
Ego atau Ich, adalah pengawas realitas dimana ego berfungsi menjembatani tuntutan Id dengan realitas di dunia luar.
Super-ego atau Uber Ich, adalah berisi kaidah moral dan nilai-nilai sosial yang diserap individu dari lingkungannya.Dimana setiap orang dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Biasa disebut dengan Hati Nurani.
Sebagai contoh:
Pada suatu ketika dijalan Anda menemukan Dompet dimana dompet tersebut berisi sejumlah uang yang tidak sedikit,ada kartu identitas pemilik,kartu penting seperti kartu kredit(ATM) dan pada waktu itu Anda sedang membutuhkan biaya untuk membayar SPP yang sudah nunggak selama 2bulan. Id mengatakan pada Anda: “Ambil saja dompet itu, toh tak ada yang tahu, lumayan bisa buat bayar SPP!”. Sedangkan ego berkata:”Lihat dulu, jangan-jangan nanti ada yang tahu!”. Sementara superego menegur:”Jangan lakukan, itu bukan hak kamu!”.
Pada masa kanak-kanak,kita dikendalikan sepenuhnya oleh id, dan pada tahap ini oleh Freud disebut sebagai primary process thinking. Anak-anak akan mencari pengganti jika tidak menemukan yang dapat memuaskan kebutuhannya (bayi akan mengisap jempolnya jika tidak mendapat dot misalnya).
Sedangkan ego akan lebih berkembang pada masa kanak-kanak yang lebih tua dan pada orang dewasa. Di sini disebut sebagai tahap secondary process thinking. Manusia sudah dapat menangguhkan pemuasan keinginannya (sikap untuk memilih tidak jajan demi ingin menabung). Walau begitu kadangkala pada orang dewasa muncul sikap seperti primary process thnking, yaitu mencari pengganti pemuas keinginan(menendang tong sampah karena merasa jengkel mendapat nilai jelek).
Proses pertama adalah apa yang dinamakan EQ (emotional quotient), sedangkan proses kedua adalah IQ (intelligence quotient) dan proses ketiga adalah SQ (spiritual quotient).
Keberhasilah seseorang ditentukan pada ke-3 tingkat kecerdasan tersebut,karena dalam hidup tidak cukup dengan Kecerdasan Intelektual saja tetapi harus diseimbangkan dengan Kecerdasan Emosionalnya dan Kecerdasan Spiritualnya.

Aliran Psikologi Gestalt (Gestalt Psychology)
Kata “Gesalt” berasal dari bahasa Jerman yang dalam bahasa Inggris berarti shape atau bentuk. Karena tidak ditemukan arti yang sesuai maka gesalt tetap dipakai. Tokoh psikologi ini adalah Max Wertheimer (1880-1943). Yang berpendapat bahwa dalam alat kejiwaan tidak terdapat jumlah unsur-unsurnya melainkan Gestalt (keseluruhan) dan tiap-tiap bagian tidak berarti dan bisa mempunyai arti kalau bersatu dalam hubungan kesatuan.
Para ahli Gestalt, selain Wertheimer, Koffka,Kohler, juga termasuk Solomon Asch dan Kurt Lewin,terdapat ahli-ahli Jerman dan Austria terkemuka seperti Rudolf Allers, Magda Arnold, Charlote,serta Karl Buhler, Albin Gilbert, Hans Hahn, Fritz Heider, Martin Scheerer, Wilhelm Stern, dan Heinz Werner.

Aliran Behaviorisme (Behaviorism)
Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B. Watsontahun 1913 dan digerakkan oleh Burrhus Frederic Skinner.Aliran ini sering dikaitkan sebagai aliran ilmu jiwa namun tidak peduli pada jiwa. Pada akhir abad ke-19, Ivan Petrovic Pavlov memulai eksperimen psikologi yang mencapai puncaknya pada tahun 1940 - 1950-an. Di sini psikologi didefinisikan sebagai sains dan sementara sains hanya berhubungan dengan sesuatu yang dapat dilihat dan diamati saja.
Sedangkan ‘jiwa’ tidak bisa diamati, maka tidak digolongkan ke dalam psikologi. Aliran ini memandang manusia sebagai mesin (homo mechanicus) yang dapat dikendalikan perilakunya melalui suatu pelaziman (conditioning). Sikap yang diinginkan dilatih terus-menerus sehingga menimbulkan maladaptive behaviour atau perilaku menyimpang. Salah satu contoh adalah ketika Pavlov melakukan eksperimen terhadap seekor anjing. Di depan anjing eksperimennya yang lapar, Pavlov menyalakan lampu. Anjing tersebut tidak mengeluarkan air liurnya. Kemudian sepotong daging ditaruh dihadapannya dan anjing tersebut terbit air liurnya. Selanjutnya begitu terus setiap kali lampu dinyalakan maka daging disajikan. Begitu hingga beberapa kali percobaan, sehingga setiap kali lampu dinyalakan maka anjing tersebut terbit air liurnya meski daging tidak disajikan. Dalam hal ini air liur anjing menjadi conditioned response dan cahaya lampu menjadiconditioned stimulus.
Percobaan yang hampir sama dilakukan terhadap seorang anak berumur 11 bulan dengan seekor tikus putih. Setiap kali si anak akan memegang tikus putih maka dipukullah sebatang besi dengan sangat keras sehingga membuat si anak kaget. Begitu percobaan ini diulang terus menerus sehingga pada taraf tertentu maka si anak akan menangis begitu hanya melihat tikus putih tersebut. Bahkan setelah itu dia menjadi takut dengan segala sesuatu yang berbulu: kelinci, anjing, baju berbulu dan topeng Sinterklas. Ini yang dinamakan pelaziman dan untuk mengobatinya kita bisa melakukan apa yang disebut sebagai kontrapelaziman (counterconditioning).

Selasa, 07 Juni 2011
ALIRAN-ALIRAN PSIKOLOGI
presented by eukaristia at 09:03

A.    aliran fungsionalisme
Ciri Fungsionalisme
Lebih menekankan pada fungsi mental daripada elemen-elemen mental.
Fungsi-fungsi psikologis adalah adaptasi terhadap lingkungan sebagaimana adaptasi biologis Darwin. Kemampuan individu untuk berubah sesuai tuntutan dalam hubungannya dengan lingkungan adalah sesuatu yang terpenting
Fungsionalisme juga sangat memandang penting aspek terapan atau fungsi dari psikologi itu sendiri bagi berbagai bidang dan kelompok manusia.
Aktivitas mental tidak dapat dipisahkan dari aktivitas fisik, maka stimulus dan respon adalah suatu kesatuan
Psikologi sangat berkaitan dengan biologi dan merupakan cabang yang berkembang dari biologi. Maka pemahaman tentang anatomi dan fungsi fisiologis akan sangat membantu pemahaman terhdap fungsi mental.
Menerima berbagai metode dalam mempelajari aktivitas mental manusia. Meskipun sebagian besar riset di Uni. Chicago (pusat berkembangnya aliran fungsionalisme) menggunakan metode eksperimen, pada dasarnya aliran fungsionalisme tidak berpegang pada satu metode inti. Metode yang digunakan sangat tergantung dari permasalahan yang dihadapi
 Tokoh-tokoh
John Dewey (1859-1952)
Latar belakangnya adalah seorang guru dan mendapat gelar PH.D dalam bidang filsafat. Ia kemudian mengajar di University of Chicago dan ikut dalam perkembangan fungsionalisme di Chicago. Tahun 1904 pindah ke Columbia University dan tinggal di sana hingga akhir hayatnya.
Pandangan utamanya bahwa sebuah aksi psikologis adlaah suatu kesatuan yang utuh, tidak dapat dipecah ke dalam bagian-bagian atau elemen (seperti yang dilakukan oleh strukturalisme). Maka setiap psychological events tidak bisa dipandang sebagai konstruk-konstruk abstrak. Akan lebih bermanfaat apabila difokuskan pada fungsi psy. Events tersebut, yaitu dalam konteksnya sebagai adaptasi manusia. Contoh : anak yang mengulurkan jarinya sebagai respon adanya api dan terbakar.
James Rowland Angell (1867-1949)
Berasal dari keluarga terpelajar, ayah dan kakeknya pernah menjabat sebagai rektor dari universitas besar di AS. Ia memperoleh gelar M.A. dari Harvard dan menjadi murid William James di sana. Sepanjang karirnya ia tidak pernah mendapat gelar Ph.D namun memperoleh 23 gelar doktor honoris causa. Ia menjabat kepala departemen psikologi dan pernah menjabat sebagai presiden dari APA.
Angell adalah seorang yang kritikal terhadap strukturalisme. Pada masa keaktifannya, aliran fungsionalisme sedang berkembang dan berjuang untuk memperoleh tempat yang mapan dalam khasanah dunia ilmu sehingga juga memunculkan banyak kritik terhadap aliran strukturalisme yang sudah lebih dlu mapan. Baginya, psychological entity tidak ada yang dapat dipisah-pisah seperti sel dalam ilmu biologi. Psychological entity adalah sebuah kompleks yang kita kenal sebagai persepsi. Hal ini jelas tidak sejalan dengan strukturalisme.
Functional psychology adalah sebuah studi tentang operasi mental, mempelajari fungsi-fungsi kesadaran dalam menjembatani antara kebutuhan manusia dan lingkungannya. Fungsionalisme menekankan pada totalitas dalam hubungan mind and body.
Harvey A. Carr (1873-1954)
Carr menggantikan Angell sebagai Kepala Departemen Psikologi di Chicago setelah menerima gelar Ph.Dnya. Pada masa ini fungsionalisme sudah menjadi aliran yang mapan dan tidak terlalu bersaing lagi dengan strukturalisme
Bagi Carr, aspek penting dari psikologi adalah perilaku adaptif manusia. Ia menjelaskan berbagai fungsi mental manusia (perception, learning, emotion dan thinking )dengan kerangka berpikir perilaku adaptif manusia.
 Sumbangan
Mengembangkan ruang lingkup psikologi dari segi kelompok subyek (anak, binatang) maupun bidang kajian (psikologi abnormal, psychological testing, psikologi terapan). Hal ini dimungkinkan karena aliran fungsionalisme lebih terbuka kepada perbedaan individual dan bidang aplikasi daripada strukturalisme. Salah satu pelopor psychological testing adalah James McKeen Cattell, mantan murid Wundt. Selanjutnya bidang psychological testing ini menjadi salah satu bidang kajian penting dan paling populer dalam psikologi.
Memperkenalkan pentingnya perilaku nyata sebagai representasi dari aktivitas mental. Pandangan ini mempersiapkan jalan bagi berkembangnya aliran baru, behaviorisme yang berpegang pada perilaku nyata sebagai satu-satunya obyek psikologi
Memperkenalkan konsep penyesuaian diri sebagai obyek psikologi. Konsep adaptasi dan adjustmen ini menjadi konsep yang sangat penting dan sentral bagi beberapa bidang studi psikologi selanjutnya, seperti kesehatan mental dan psikologi abnormal.
Kritik terhadap Fungsionalisme
Kritik utama dari aliran strukturalisme adalah lebih pentingnya isi/elemen mental daripada prosesnya. Pada masa dimana terjadi persaingan ketat antara fungsionalisme dan strukturalisme, kritik ini cukup mendapat perhatian penting.
Kurang adanya fokus yang jelas dan terarah dalam aliran fungsionalisme. Para tokoh tidak pernah terlalu jelas dan elaboratif dalam mengungkapkan konsep-konsepnya dalam karya mereka. Akibatnya aliran ini dianggap tidak terlalu utuh dan terintegrasi dan berdampak pada posisinya yang kurang kuat sebagai sebuah sistem.
Bersifat teleological, sesuatu ditentukan oleh tujuannya. Hal ini menggambarkan orientasi pragmatisme yang seringkali dikritik sebagai lebih berorientasi pada hasil dan tidak memperhatikan proses.
Terlalu eklektik, mencampurkan berbagai ide dan konsep dari beragam sumber sehingga terkesan kompromistis dan kehilangan bentuk asli. Pada dasarnya, fungsionalisme memang tidak ingin muncul sebagai sebuah aliran yang strict dan lebih memilih untuk dapat lebih fleksibel dalam mencapai tujuan-tujuannya.
Komentar :
Fungsionalisme tidak bertahan lama juga sebagai sebuah aliran, sama seperti strukturalisme yang sering ditentangnya. Meskipun demikian, banyak ide-ide aliran ini yang kemudian diserap oleh aliran besar psikologi modern di AS.

B.    aliran behaviorisme
Behaviorisme muncul sebagai kritik lebih lanjut dari strukturalisme Wundt. Meskipun didasari pandangan dan studi ilmiah dari Rusia, aliran ini berkembang di AS, merupakan lanjutan dari fungsionalisme.
Behaviorisme secara keras menolak unsur-unsur kesadaran yang tidak nyata sebagai obyek studi dari psikologi, dan membatasi diri pada studi tentang perilaku yang nyata. Dengan demikian, Behaviorisme tidak setuju dengan penguraian jiwa ke dalam elemen seperti yang dipercayai oleh strukturalism. Berarti juga behaviorisme sudah melangkah lebih jauh dari fungsionalisme yang masih mengakui adanya jiwa dan masih memfokuskan diri pada proses-proses mental
Meskipun pandangan Behaviorisme sekilas tampak radikal dan mengubah pemahaman tentang psikologi secara drastis, Brennan (1991) memandang munculnya Behaviorisme lebih sebagai perubahan evolusioner daripada revolusioner. Dasar-dasar pemikiran Behaviorisme sudah ditemui berabad-abad sebelumnya.
PRINSIP DASAR BEHAVIORISME
Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan dari jiwa atau mental yang abstrak
Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah pseudo problem untuk sciene, harus dihindari.
Penganjur utama adalah Watson : overt, observable behavior, adalah satu-satunya subyek yang sah dari ilmu psikologi yang benar.
Dalam perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem ini dikembangkan lagi oleh para behaviorist dengan memperluas ruang lingkup studi behaviorisme dan akhirnya pandangan behaviorisme juga menjadi tidak seekstrem Watson, dengan mengikutsertakan faktor-faktor internal juga, meskipun fokus pada overt behavior tetap terjadi.
Aliran behaviorisme juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan bersifat positivistik dalam perkembangan ilmu psikologi.
Banyak ahli (a.l. Lundin, 1991 dan Leahey, 1991) membagi behaviorisme ke dalam dua periode, yaitu behaviorisme awal dan yang lebih belakangan.
Tokoh-tokoh
 B.F. Skinner
Prinsip-prinsip utama pandangan Skinner:
Descriptive behaviorism, pendekatan eksperimental yang sistematis pada perilaku yang spesifik untuk mendapatkan hubungan S-R. Pendekatannya induktif. Dalam hal ini pengaruh Watson jelas terlihat
Empty organism, menolak adanya proses internal pada individu.
Menolak menggunakan metode statistical, mendasarkan pengetahuannya pada subyek tunggal atau subyek yang sedikit namun dengan manipulasi eksperimental yang terkontrol dan sistematis.
Konsep-konsep utama:
1. Proses operant conditioning:
Memilah perilaku menjadi respondent behavior dan operant behavior. Respondent terjadi pada kondisioning klasik, dimana reinforcement mendahului UCR/CR. Dalam kondisi sehari-hari yang lebih sering terjadi adalah operant behavior dimana reinforcement terjadi setelah response.
Positive dan negative reinforcers [kehadirannya PR menguatkan perilaku yang muncul, sedangkan justru ketidakhadiran NR yang akan menguatkan perilaku].
Extinction: hilangnya perilaku akibat dari dihilangkannya reinforcers
Schedules of reinforcement, berbagai variasi dalam penjadwalan pemberian reinforcement dapat meningkatkan perilaku namun dalam kadar peningkatan dan intensitas yang berbeda-beda (lih Lundin, 1991 fig. 4.p.213)
Discrimination : organisma dapat diajarkan untuk berespon hanya pada suatu stimulus dan tidak pada stimulus lainnya. Caranya adalah secara konsisten memberi reinforcement hanya pada respon bagi stimulus yang diinginkan dan tidak pada respon terhadap stimulus lainnya.
Secondary reinforcement, adalah stimulus yang sudah melalui proses pemasangan/kondisioning dengan reinforcer asli sehingga akhirnya bisa mendapatkan efek reinforcement sendiri. Dalam kenyataan riil kehidupan manusia, hampir semua yang kita anggap sebagai reinforcement adalah secondary reinforcer.
Aversive conditioning, proses kondisioning dengan melibatkan suasana tidak menyenangkan. Hal ini dilakukan dengan punishment. Reaksi organisme adalah escape atau avoidance.
2. Behavior Modification
Adalah penerapan dari teori Skinner, sering juga disebut sebagai behavior therapy. Merupakan penerapan dari shaping (pembentukan TL bertahap), penggunaan positive reinforcement secara selektif, dan extinction. Pendektan ini banyak diterapkan untuk mengatasi gangguan perilaku.
Kritik terhadap Skinner:
Pendekatannya yg lebih bersifat deskriptif dan kurang analitis dianggap kurang valid sebagai sebuah teori
Validitas dari kesimpulan yang diambilnya yang merupakan generalisasi berlebihan dari satu konteks perilaku kepada hampir seluruh perilaku umum
Pandangan ‘empty organism’ mengundang kritik dari pendukung aspek biologis dan psikologi kognitif yang percaya pada kondisi internal mansuia, entah itu berupa proses biologis atau proses mental
Sumbangan Skinner:
Salah seorang psikolog yang pandangannya paling berpengaruh dan banyak dirujuk oleh para psikolog lainnya
Mengembangkan sejumlah prinsip-prinsip psikologis yang cukup terbukti aplikatif terhadap masalah-masalah perilaku yang nyata karena didukung oleh hasil-hasil eksperimen yang jelas
Memberikan ide kreatif dan baru bagi metode dalam belajar dan terapi yang konvensional
Albert Bandura (1925 - ..)
Bandura lahir di Canada, memperoleh gelar Ph. D dari University of Iowa dan kemudian mengajar di Stanford Uni.
Sebagai seorang behaviorist, Bandura menekankan teorinya pada proses belajar tentang respon lingkungan. Oleh karenya teorinya disebut teori belajar sosial, atau modeling.
Prinsipnya adalah perilaku merupakan hasil interaksi resiprokal antara pengaruh tingkah laku, koginitif dan lingkungan. Singkatnya, Bandura menekankan pada proses modeling sebagai sebuah proses belajar.
Teori utama :
Observational learning atau modeling adalah faktor penting dalam proses belajar manusia.
Dalam proses modeling, konsep reinforcement yang dikenal adlaah vicarious reinforcement, reinforcement yang terjadi pada orang lain dapat memperkuat perilaku individu. Self-reinforcement, individu dapat memperoleh reinforcement dari dalam dirinya sendiri, tanpa selalu harus ada orang dari luar yang memberinya reinforcement.
Menekankan pada self-regulatory learning process, seperti self-judgement, self-control, dan lain sebagainya.
Memperkenalkan konsep penundaan self-reinforcement demi kepuasan yang lebih tinggi di masa depan
Sumbangan Bandura:
Bandura membuka perspektif baru dalam aliran behavioristik dengan menekankan pada aspek observasi dan proses internal individu. Bagi mereka yang beraliran kognitif, pandangan Bandura ini dirasakan lebih lengkap dibandingkan pandangan ahli behavioristik lainnya.
Teorinya ini juga didukung oleh percobaan eksperimental yang dapat dipertanggungjawabkan
Kritik terhadap Bandura
Kritik terutama datang dari kelompok aliran behavioristik keras, yang memandang Bandura lebih tepat untuk dimasukan dalam kelompok aliran kognitif dan tidak diakui sebagai bagian dari behavioristik. Penyebab utamanya karena pandangan Bandura yang kental aspek mentalnya.

C.    aliran psikoanalisa
Psikoanalisa dapat dikatakan sebagai aliran psikologi yang paling dikenal meskipun mungkin tidak dipahami seluruhnya. Namun psikoanalisa juga merupakan aliran psikologi yang unik, tidak sama seperti aliran lainnya. Aliran ini juga yang paling banyak pengaruhnya pada bidang lain di luar psikologi, melalui pemikiran Freud.
Tokoh-tokoh
1. Sigmund Freud (1856-1939)
Pemikiran dan teori
Freud membagi mind ke dalam consciousness, preconsciousness dan unconsciousness. Dari ketiga aspek kesadaran, unconsciousness adalah yang paling dominan dan paling penting dalam menentukan perilaku manusia (analoginya dengan gunung es). Di dalam unsconscious tersimpan ingatan masa kecil, energi psikis yang besar dan instink. Preconsciousness berperan sebagai jembatan antara conscious dan unconscious, berisi ingatan atau ide yang dapat diakses kapan saja. Consciousness hanyalah bagian kecil dari mind, namun satu-satunya bagian yang memiliki kontak langsung dengan realitas.
Freud mengembangkan konsep struktur mind di atas dengan mengembangkan ‘mind apparatus’, yaitu yang dikenal dengan struktur kepribadian Freud dan menjadi konstruknya yang terpenting, yaitu id, ego dan super ego.
Id adalah struktur paling mendasar dari kepribadian, seluruhnya tidak disadari dan bekerja menurut prinsip kesenangan, tujuannya pemenuhan kepuasan yang segera.
Ego berkembang dari id, struktur kepribadian yang mengontrol kesadaran dan mengambil keputusan atas perilaku manusia. Superego, berkembang dari ego saat manusia mengerti nilai baik buruk dan moral.
Superego merefleksikan nilai-nilai sosial dan menyadarkan individu atas tuntuta moral. Apabila terjadi pelanggaran nilai, superego menghukum ego dengan menimbulkan rasa salah.
Ego selalu menghadapi ketegangan antara tuntutan id dan superego. Apabila tuntutan ini tidak berhasil diatasi dengan baik, maka ego terancam dan muncullah kecemasan (anxiety). Dalam rangka menyelamatkan diri dari ancaman, ego melakukan reaksi defensif /pertahanan diri. Hal ini dikenal sebagai defense mecahnism yang jenisnya bisa bermacam-macam, a.l. repression.
c. Sumbangan Freud
Sebagai orang pertama yang menyentuk konsep-konsep psikologi seperti peran ketidaksadaran (unconsciousness), anxiety, motivasi, pendekatan teori perkembangan untuk menjelaskan struktur kepribadian
Posisinya yang kukuh sebagai seorang deterministik sekaligus menunjukkan hukum-hukum perilaku, artinya perilaku manusia dapat diramalkan
Freud juga mengkaji produk-produk budaya dari kacamata psikoanalisa, seperti puisi, drama, lukisan, dan lain-lain. Oleh karenanya ia memberi sumbangan juga pada analisis karya seni
d. Kritik Freud
Metode studinya yang dianggap kurang reliabel, sulit diuji secara sistematis dan sangat subyektif
Konstruk-konstruk teorinya juga sulit diuji secara ilmiah sehingga diragukan keilmiahannya. Beberapa konsepnya bahkan dianggap fiksi, seperti Oedipus complex
Bagi aliran behaviorist, yang dilakukan Freud adalah mempelajari intervening variable

D.    aliran gestalt
Istilah “Gestalt” mengacu pada sebuah objek/figur yang utuh dan berbeda dari penjumlahan bagian-bagiannya.
Aliran Gestalt muncul di Jerman sebagai kritik terhadap strukturalisme Wundt. Pandangan Gestalt menolak analisis dan penguraian jiwa ke dalam elemen-elemen yang lebih kecil karena dengan demikian, makna dari jiwa itu sendiri berubah sebab bentuk kesatuannya juga hilang.
Tokoh Gestalt
Max Wertheimer (1880-1943)
Belajar pada Kuelpe, seorang tokoh aliran Wuerzburg. Bersama-sama dengan Wolfgang Koehler (1887-1967) dan Kurt Koffka (1887-1941) melakukan eksperimen yang akhirnya menelurkan ide Gestalt. Tahun 1910 ia mengajar di Univeristy of Frankfurt bersama-sama dnegan Koehler dan Koffka yang saat itu sudah menjadi asisten di sana.
Konsep pentingnya : phi phenomenon (bergeraknya obyek statis menjadi rangkaian gerakan yang dinamis setelah dimunculkan dalam waktu singkat dan dengan demikian memungkinkan manusia melakukan interpretasi).
Dengan konsep ini, Wertheimer menunjuk pada proses interpretasi dari sensasi obyektif yang kita terima. Proses ini terjadi di otak dan sama sekali bukan proses fisik, tetapi proses mental. Dengan pernyataan ini ia menentang pendapat Wundt yang menunjuk pada proses fisik sebagai penjelasan phi phenomenon.
Prinsip dasar Gestalt.
Interaksi antara individu dan lingkungan disebut sebagai perceptual field. Setiap perceptual field memiliki organisasi, yang cenderung dipersepsikan oleh manusia sebagai figure and ground. Oleh karena itu kemampuan persepsi ini merupakan fungsi bawaan manusia, bukan skill yang dipelajari. Pengorganisasian ini mempengaruhi makna yang dibentuk.
Prinsip-prinsip pengorganisasian:
Principle of Proximity: Organisasi berdasarkan kedekatan elemen
Principle of Similarity: Organisasi berdasarkan kesamaan elemen
Principle of Objective Set: Organisasi berdasarkan mental set yang sudah terbentuk sebelumnya
Principle of Continuity: Organisasi berdasarkan kesinambungan pola
Principle of Closure/ Principle of Good Form: Organisasi berdasarkan “bentuk yang sempurna”
Principle of Figure and Ground: Organisasi berdasarkan persepsi terhadap bentuk yang lebih menonjol dan dianggap sebagai “figure”. Dimensi penting dalam persepsi figur dan obyek adalah hubungan antara bagian dan figure, bukan karakteristik dari bagian itu sendiri. Meskipun aspek bagian berubah, asalkan hubungan bagian-figure tetap, persepsi akan tetap. Contoh : perubahan nada tidak akan merubah persepsi tentang melodi.
Principle of Isomorphism: Organisasi berdasarkan konteks.

E.    aliran humanistik
Muncul sebagai kritik terhadap pandangan tentang manusia yang mekanistik ala behaviorisme dan pesimistik ala psikoanalisa. Oleh karenanya sering disebut sebagai the third force (the first force is behaviorism, the second force is psychoanalysis).
Prinsip utama
Memahami manusia sebagai suatu totalitas. Oleh karenanya sangat tidak setuju dengan usaha untuk mereduksi manusia, baik ke dalam formula S-R yang sempit dan kaku (behaviorisme) ataupun ke dalam proses fisiologis yang mekanistis. Manusia harus berkembang lebih jauh daripada sekedar memenuhi kebutuhan fisik, manusia harus mampu mengembangkan hal-hal non fisik, misalnya nilai ataupun sikap.
Metode yang digunakan adalah life history, berusaha memahami manusia dari sejarah hidupnya sehingga muncul keunikan individual.
Mengakui pentingnya personal freedom dan responsibility dalam proses pengambilan keputusan yang berlangsung sepanjang hidup. Tujuan hidup manusia adalah berkembang, berusaha memenuhi potensinya dan mencapai aktualitas diri. Dalam hal ini intensi dan eksistensi menjadi penting. Intensi yang menentukan eksistensi manusia
Mind bersifat aktif, dinamis. Melalui mind, manusia mengekspresikan keunikan kemampuannya sebagai individu, terwujud dalam aspek kognisi, willing, dan judgement. Kemampuan khas manusia yang sangat dihargai adalah kreativitas. Melalui kreativitasnya, manusia mengekspresikan diri dan potensinya.
Pandangan humanistic banyak diterapkan dalam bidang psikoterapi dan konseling. Tujuannya adalah meningkatkan pemahaman diri.
Tokoh
Carl Rogers (1902 – 1988)
Lahir di Illinois dan sejak kecil menerima penanaman yang ketat mengenai kerja keras dan nilai agama Protestan. Kelak kedua hal ini mewarnai teori-teorinya. Setelah mempelajari teologi, ia masuk Teacher’s College di Columbia Uni, dimana banyak tokoh psikologi mengajar. Di Columbia Uni ia meraih gelar Ph.D.
Rogers bekerja sbg psikoterapis dan dari profesinya inilah ia mengembangkan teori humanistiknya. Dalam konteks terapi, ia menemukan dan mengembangkan teknik terapi yang dikenal sebagai Client-centered Therapy. Dibandingkan teknik terapi yang ada masa itu, teknik ini adalah pembaharuan karena mengasumsikan posisi yang sejajar antara terapis dan pasien (dalam konteks ini pasien disebut klien). Hubungan terapis-klien diwarnai kehangatan, saling percaya, dan klien diberikan diperlakukan sebagai orang dewasa yang dapat mengambil keputusan sendiri dan bertanggungjawab atas keputusannya. Tugas terapis adalah membantu klien mengenali masalahnya, dirisnya sendiri sehingga akhrinya dapat menemukan solusi bagi dirinya sendiri.
Keseluruhan pengalaman eksternal dan internal psikologis individu membentuk organisma. Organisma adalah kenyataan yang dihayati individu, dan disebut sebagai subjective reality, unik dari satu individu ke individu lainnya. Self (diri) berkembang dari organisma. Semakin koheren organisma dan self, semakin sehat pribadi tersebut dan sebaliknya.
Sebagaimana ahli humanistic umumnya, Rogers mendasarkan teori dinamika kepribadian pada konsep aktualisasi diri. Aktualisasi diri adalah daya yang mendorong pengembangan diri dan potensi individu, sifatnya bawaan dan sudah menjadi cirri seluruh manusia. Aktualisasi diri yang mendorong manusia sampai kepada pengembangan yang optimal dan menghasilkan cirri unik manusia seperti kreativitas, inovasi, dan lain-lain.
Abraham Maslow (1908-1970)
Maslow dikenal dengan teori motivasinya. Teori ini mengasumsikan bahwa perkembangan psikologis manusia didorong oleh hirarki kebutuhannya, yaitu physiological needs, safety needs, love & belonging needs, esteen needs, dan self-actualization.
Evaluasi Humanistik
Aliran humanistic menyumbangkan arah yang positif dan optimis bagi pengembangan potensi manusia, disebut sebagai yang mengembalikan hakikat psikologi sbg ilmu tentang manusia
Kritik terutama diarahkan pada perspektif dan metodenya yang subyektif, dan tidak reliable.
Komentar :
Berlawanan dengan perkiraan para ahli yang menentangnya, aliran humanistic bertahan dan bahkan semakin banyak pengikutnya. Humanistik bahkan dapat dikatakan sebagai agama untuk sementara ahli.

0 komentar:

Posting Komentar