MAKALAH KEKHUSUSAN INDIVIDUAL



KEKHUSUSAN INDIVIDUAL

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Psikologi
Yang dibimbing Ibu Ulum Janah, S.S., S.Pd.



Oleh
Fajar Kurniawan                                :           12.11.106.101301.0804
Bayu Al – Awda                                 :           12.11.106.101301.0811
Alfredo Alexander                             :           12.11.106.101301.0791
Fransiskus R. Beti                             :           12.11.106.101301.0765
Muhammad Said Ridwanullah          :           12.11.106.101301.0802
Sarman                                               :        

Universitas Balikpapan
Fakultas Sastra
Jurusan Sastra Inggris
2012

BAB I
Pendahuluan


1.1   Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna bila dibandingkan dengan makhluk-makhluk hidup yang lain. Akibat dari unsur kehidupan yang ada pada manusia, manusia berkembang dan mengalami perubahan-perubahan, baik perubahan-perubahan dalam segi fisiologis maupun perubahan-perubahan dalam segi psikologis sehingga mengakibatkan perbedaan antara individu yang satu dengan individu yang lainnya.
Tiap individu mempunyai ciri khas masing-masing yang membedakan dengan individu- individu lainnya. Bila diperhatikan secara seksama maupun sepintas saja akan terlihat bahwa mereka itu berbeda antara satu sama lainnya. Secara fisik bisa nampak ada yang gemuk, ada yang kurus, ada yang cantik, ada juga yang kurang menarik wajahnya, ada yang kuat, ada yang lemah dan sebagainya. Sedangkan dari segi kejiwaan bisa dibedakan antara orang yang berjiwa sehat dengan orang berjiwa kurang sehat.
Dengan alasan ini maka penulis berpendapat betapa pentingnya untuk mempelajari pengetahuan tentang kekhususan individual sebagai pokok bahasannya dan juga sudah barang tentu mengenai intelegensi dan kepribadian  pada sub pokok pembahasan selanjutnya.
Lebih lanjut pembahasan mengenai kekhususan individual ini terbagi dalam dua bagian diantaranya intelegensi dan kepribadian. Dengan harapan agar para pembaca bisa menerima dan mengerti dengan mudah bukan saja salah satu dari  materi yang disampaikan akan tetapi secara keseluruhan dari materi yang disampaikan lebih khusus yang ditulis pada makalah kekhususan individual ini.



1.2   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan intelegensi?
2. Apa yang dimaksud dengan Kepribadian?

1.3   Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat diuraikan tujuan penulisan sebagai berikut :
1. Agar para pembaca mengetahui pengertian dari pokok dan sub pokok bahasan dari materi kekhususan individual.
2. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan khususnya dibidang psikologi lebih khusus lagi mengenai kekhususan individual, intelegensi dan kepribadian.
3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Psikologi.


BAB II
Pembahasan


2.1 Intelegensi
Banyak pendapat pakar tentang definisi Intelegensi diantaranya menurut Piaget,1959 bahwa intelegensi adalah penyesuaian diri secara mental terhadap situasi atau kondisi baru.ada pula yang mendefenisikannya sebagai penilaian atau  berfikir praktis,inisiatif dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dalam setiap keadaan ( Alfred Binet 1857-1911 ) , atau kemampuan untuk mengorganisasikan, menghubungkan atau menyatukan satu dengan yang lainnya, ( to organize, to relate, to bind together ), ada yang menitik beratkan intelegensi pada kemampuan menitik beratkan dan penyesuainnya. Adapula yang mengatakan bahwa intelegensi individu dikaitkan dengan kemampuan pecahan masalah , belajar, berfikir abstrak
Seorang tokoh Kolonialisme juga mengemukan “ Intelligence is demonstrable in ability of the induvidual to make good responses from the stand pont of truth or fact “, artinya seseorang akan berintelegen apabila responnya merupakan respon baik sesuai dengan stimulus yang diterimanya.
Terlalu banyaknya definisi yang mengemukakan tentang intelegensi, namun satu sama lain berbeda sehingga tidak memperjelas persoalan. Edourd Claparade (1873-1940)dan William Stern (1871-1938) seorang pakar psikologi penemu konsep IQ misalnya mendefinisikan intelegensi secara sangat fungsionala dan terbatas, yaitu : intelegensi adalah penyesuaian diri secara mental terhadap situasi atau kondisi baru. Dilain pihak seorang psikologi gestalt mengatakan bahwa intelegensi adalah perbuatan yang disertai dengan pemahaman atau pengertian.
Perdebatan tentang definisi ini tidak  kunjung selesai. Pada tahun 1990-pun para pakar mencoba sepakat dengan definisi intelengensi yang masih terdapat versi dua kelompok yaitu : Mainstream Science on Intelligensi (MSI) dan versi American Psychological Association (APA).
Versi MSI memberikan definisi tentang intelegensi adalah suatu kemampuan yang sangat umum yang antara lain melibatkan kemampuan akal, merencana, memecahkan masalah, berfikir abstrak, memahami ide-ide yang kompleks, cepat belajar dan belajar dari pengalaman. Dalam versi APA definisi MSI itu dianggap sebagai hanya sekedar sebuah daftar dari berbagai kemampuan yang diidentifikasikan. Oleh karena itu, versi APA tidak memberikan suatu definisi, melainkan hanya menyebutkan tentang perbedaan antar individu dalam memahami suatu ide, lingkungan, masalah, dan sebagainya.
Berdasarkan analisi faktor, ada 7 faktor intelegensi, seperti digambarkan dibawah ini  menurut Martin,1997, atau yang disebut Thurstone sebagai faktor primer (Primary Mental Abilities), (1) Verbal  Comprehension. (2) Word fluency  (kefasihan kata ). (3) Number Facility. (4) Spacial visualization. (5) Associative memory. (6) Perceptual speed. (7) Raesoning / penalaran.

Sedangkan  menurut Spearman yang terkenal dengan teori two-factor theory:
General Ability ( faktor G )
·        Individu berbeda satu sama lainnya
·        Disepakati dalam performance
Special Ability ( Faktor S )
·        Bersifat khusus menginai bidang bidang tertentu.
·        Individu mengalami persoalan sesuai dengan bidang bidang tersebut.
Pengungkapan Intelegensi dengan istilah IQ atau Intelligence Quetiont yang diukur semasa kanak kanak. Sedangkan dewasa dengan menggunakan yang dinamakan psikotes. Dimana standar nya normal antara 90-110, sedangkan diatas 110 tergolong diatas rata rata, 120 keatas superior dan 130 berarti jenius. Namun, dengan IQ masih dipertentangkan karena berdasarkan penelitian bahwa anak yang waktu sekolah mempunyai IQ tinggi ternyata pada saat dewasanya mereka biasa biasa saja atau sebaliknya, sehingga Ilmu psikologi lebih mengarak kepada “ Kecerdasan Majemuk “ atau MI “ Multiple Intellegence “ yang dipopulerkan oleh Howard Gardner,1993 seorang psikolog dari havard Universcity AS. Dalam sebuah bukunya “ Frames of Mind : The theory of Multiple Intellegence “, artinya kecerdasan seseorang bukan berdasarkan IQ saja tetapi ada beberapa hal yang berperan yaitu :
•         Kecerdasan bahasa ( Linguistik )
•         Logika matematika ( logical matemathica )
•         Ruang ( Spatial )
•         Gerak tubuh ( Bodily-kinesthetic )
•         Musik ( musical )
•         Interpersonal
•         Intrapersonal
Ada beberapa  pendapat tentang IQ, kaum nativis berpendapat bahwa jika seseorang terindikasi keterbelakangan mental, maka seumur hidupnya tidak mungkin ia memahami hal hal yang abstrak sejenis hitungan atau lainnya. Sebaliknya  kaum Emperis  menyatakan bahwa orang dengan IQ rata-ratapun, kalau dilatih baik-baik pada aspek kecerdasannya, kreativitasnya serta kecerdasan emosinya dia akan berhasil luar biasa.
Dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan perbedaan kemampuan berfikir antara anak anak dan orangtua / para lansia. Misalnya menghafal nomor telpon, ini diungkapkan dengan istilah fluid intellegence adalah kemampuan memproses informasi  secara cepat, hubungan antara berfikir dan mengingat  dalam bentuk analogi. Sedangkan crystallized Intellegence adalah akumulasi informasi, ketrampilan-ketrampilan dan strategi yang telah dipelajari  selama  hidup dan dapat diterapkan untuk memecahkan masalah.
Intelegensi  seseorang dipengaruhi beberapa faktor :
•         Faktor Pembawaan
•         Faktor lingkungan dan kebudayaan
•         Konvergensi atau interaksi bawaan dan lingkungan
•         Dan pembentukan kepribadaian
Intelegensi sebagai isu tak hanya dilihat sebagai ilmu pengetahuan saja, bahkan dipakai juga dalam isu-isu social. Intelegensi dipakai oleh kelompok-kelompok politik tertentu untuk mendiskreditkan kelompok lain, yang biasanya minoritas.


2.2 Kepribadian
Istilah bahasa inggris untuk kepribadian adalah personality yang berasal dari kata “persona” yang artinya adalah topeng.
Pengertian Kepribadian (personality) menurut Kartini Kartono dan Dali Gulo dalam Sjarkawim (2006) adalah sifat dan tingkah laku khas seseorang yang membedakannya dengan orang lain, integrasi karakteristik dari struktur-struktur, pola tingkah laku, minat, pendirian, kemampuan dan potensi yang dimiliki seseorang, segala sesuatu mengenai diri seseorang sebagaimana diketahui oleh orang lain.
Feist & Feist (2002) dalam bukunya “Theories of Personality” menjelaskan bahwa secara spesifik kepribadian terdiri dari sifat-sifat atau disposisi-disposisi yang mengakibatkan perbedaan individu dalam perilaku.
Sifat-sifat seseorang itu mungkin sama-sama dimiliki dalam satu kelompok (keluarga, masyarakat), tetapi polanya antara individu berbeda. Jadi, tiap-tiap orang memiliki kepribadian yang khas dan unik.
Di dalam Psikologi, definisi kepribadian yang paling sering disebut adalah definisi yang dikemukakan oleh Gordon W. Allport. Psikolog yang meraih gelar doktor dari Harvard University dalam usia 24 tahun ini merangkum 49 definisi kepribadian dari berbagai sumber dan mengusulkan definisi yang cukup komprehensif. Mula-mula (tahun 1937) Ia mendefinisikan kepribadian sebagai ”organisasi dinamis sistem psikofisik dalam diri individu yang menentukan penyesuaiannya yang unik terhadap lingkungan.”
Tahun 1961 ia merevisi dengan mengubah frase terakhir menjadi ”yang menentukan karakteristik perilaku dan pikirannya.” Jadi, kepribadian adalah organisasi dinamis sistem psikofisik dalam diri individu yang menentukan karakteristik perilaku dan pikirannya.
Seperti yang dikisahkan  Feist & Feist, Allport memilih tiap frase dalam definisinya secara hati-hati, sehingga benar-benar menyatakan apa yang ingin ia katakan.
Istilah ”organisasi dinamis” menunjukkan suatu integrasi atau saling keterkaitan dari berbagai aspek kepribadian. Kepribadian merupakan sesuatu yang terorganisasi dan terpola. Bagaimanapun, kepribadian bukan suatu organisasi yang statis, melainkan secara teratur tumbuh dan mengalami perubahan.
Istilah ”psikofisik” menekankan pentingnya aspek psikologis dan fisik dari kepribadian. Kata ”menentukan” dalam definisi kepribadian menunjukkan bahwa kepribadian ”merupakan sesuatu dan melakukan sesuatu”. Kepribadian bukanlah topeng yang secara tetap dikenakan seseorang; dan juga bukan perilaku sederhana. Kepribadian menunjuk orang di balik permukaannya, atau organisme di balik tindakannya.
Dengan kata ”karakteristik” Allport ingin menunjukkan sesuatu yang unik atau individual. Kepribadian seseorang bersifat unik, tidak dapat diduplikasi (ditiru) oleh siapa pun. Kata ”perilaku dan pikiran” secara sederhana menunjuk pada sesuatu yang dilakukan oleh seseorang, baik perilaku internal (pikiran-pikiran) maupun perilaku-perilaku eksternal seperti berkata-kata atau tindakan.
Berdasarkan penjelasan Allport tersebut kita dapat melihat bahwa kepribadian sebagai suatu organisasi (berbagai aspek psikis dan fisik) merupakan suatu struktur dan sekaligus proses. Jadi, kepribadian merupakan sesuatu yang dapat berubah. Secara eksplisit Allport menyebutkan, kepribadian secara teratur tumbuh dan mengalami perubahan.
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan suatu susunan sistem psikofisik (psikis dan fisik yang berpadu dan saling berinteraksi dalam mengarahkan tingkah laku) yang kompleks dan dinamis dalam diri seorang individu, yang menentukan penyesuaian diri individu tersebut terhadap lingkungannya, sehingga akan tampak dalam tingkah lakunya yang unik dan berbeda dengan orang lain. Dalam kekhususan individual kepribadian terbagi menjadi tiga macam :

2.2.1  Jenis Kepribadian
Menurut Galen, seorang ahli fisiolog Romawi yang hidup di abad ke-2 Masehi , yang pertama kali memperkenalkan teori empat kepribadian. Ia menyatakan bahwa kepribadian manusia bisa dibagi menjadi empat jenis : sanguin (populer), koleris (kuat), melankolis (sempurna), dan phlegmatis (damai). Meski teori ini tergolong sangat kuno, para psikolog masa sekarang mengakui, teori kepribadian ini banyak benarnya.
Empat jenis tersebut diantaranya :
1. Sanguin, tipe yang mempunyai energi yang besar, suka bersenang-senang, dan supel. Mereka suka mencari perhatian, sorotan, kasih sayang, dukungan, dan penerimaan orang-orang di sekelilingnya. Orang bertipe sanguin suka memulai percakapan dan menjadi sahabat bagi semua orang. Orang tipe ini biasanya optimis dan selalu menyenangkan. Namun, ia tidak teratur, emosional, dan sangat sensitif terhadap apa yang dikatakan orang terhadap dirinya. Dalam pergaulan, orang sanguin sering dikenal sebagai “si tukang bicara”.
2. Koleris, yang suka berorientasi pada sasaran. Aktivitasnya dicurahkan untuk berprestasi, memimpin, dan mengorganisasikan. Orang bertipe koleris menuntut loyalitas dan penghargaan dari sesama, berusaha mengendalikan dan mengharapkan pengakuan atas prestasinya, serta suka ditantang dan mau menerima tugas-tugas sulit. Tapi mereka juga suka merasa benar sendiri, suka kecanduan jika melakukan sesuatu, keras kepala, dan tidak peka terhadap perasaan orang lain. Orang koleris seperti ini sering diidentifikasi sebagai “si pelaksana”.
3. Melankolis yang cenderung diam dan pemikir. Ia berusaha mengejar kesempurnaan dari apa yang menurutnya penting. Orang dalam tipe ini butuh ruang dan ketenangan supaya mereka bisa berpikir dan melakukan sesuatu. Orang bertipe melankolis berorientasi pada tugas, sangat berhati-hati, perfeksionis, dan suka keteraturan. Karenanya, orang melanklolis sering kecewa dan depresi jika apa yang diharapkannya tidak sempurna. Orang melankolis sering diidentifikasi sebagai “si perfeksionis” atau “si pemikir”.
4. Phlegmatis, yang seimbang, stabil, merasa diri sudah cukup, dan tidak merasa perlu merubah dunia. Ia juga tak suka mempersoalkan hal-hal sepele, tidak suka risiko atau tantangan, dan butuh waktu untuk menghadapi perubahan. Orang bertipe ini kurang disiplin dan motivasi sehingga suka menunda-nunda sesuatu. Kadang, ia dipandang orang lain sebagai lamban. Bukannya karena ia kurang cerdas, tapi justru karena ia lebih cerdas dari yang lain. Orang phlegmatis tak suka keramaian ataupun banyak bicara. Namun, ia banyak akal dan bisa mengucapkan kata yang tepat di saat yang tepat, sehingga cocok menjadi negosiator. Orang phlegmatis kadang diidentifikasi sebagai “si pengamat” atau “si manis”.
Setiap orang mempunyai kombinasi dari dua kepribadian. Umumnya salah satunya lebih dominan, kadang juga keduanya seimbang. Sanguin dan koleris bisa berkombinasi secara alami karena keduanya ekstrovert, optimis dan terus terang. Kombinasi ini menghasilkan individu yang sangat energik. Mereka punya daya tarik serta banyak bicara sambil menyelesaikan pekerjaan mereka, entah melakukannya sendiri atau menyuruh orang lain untuk mengerjakannya.
Phlegmatis dan melankolis bisa berkombinasi karena keduanya introvert, pesimis, dan lembut. Mereka melakukan segala sesuatu dengan sempurna dan tepat waktu, tidak mau mengambil sikap konfrontatif. Namun anak tipe ini akan mudah terkuras energinya jika berurusan dengan orang lain.
Kombinasi koleris-melankolis dan sanguin-phlegmatis menggabungkan optimis dan pesimis, yang suka hura-hura dengan yang tidak suka hura-hura, dan yang supel dengan yang suka menarik diri. Akibatnya anak cenderung tidak seimbang dan berubah-ubah kepribadiannya tergantung keadaan. Kombinasi koleris-melankolis menghasilkan individu yang sangat berorientasi pada tugas. Kombinasi ini akan menjadi peraih prestasi tertinggi, melakukan segala sesuatu dengan cepat dan sesempurna mungkin. Namun mereka bisa menjadi nge-boss dan manipulatif sekaligus mudah stres jika orang lain tak bisa melakukan segalanya dengan benar dan tepat waktu.
Kepribadian sanguin dan phlegmatis juga bisa berkombinasi, menghasilkan orang yang berorientasi pada hubungan. Kombinasi ini menjadikannya teman bagi semua orang. Ia dikagumi karena sifat humornya, selalu rileks, dan menerima orang lain apa adanya. Namun ia cenderung tidak disiplin, tidak suka melakukan apapun, mudah lupa tanggung jawabnya, dan selalu dapat merayu orang lain untuk mengerjakannya bagi mereka.
Kepribadian  memang bisa dirubah sedikit demi sedikit setelah tumbuh dewasa. Misalnya, jika ia merasa terlalu emosional, ia bisa merubahnya sedikit demi sedikit sehingga bisa lebih sabar. Namun kepribadian seseorang telah ada sejak ia lahir, dan akan mempengaruhi cara berpikir dan bertindak dalam kehidupannya. Maka ada baiknya jika kita bisa memahami kepribadian diri kita sendiri, juga kepribadian orang-orang di sekitar kita. Karena tiap tipe kepribadian ini mempunyai kelebihan dan kekurangan, dan masing-masing tipe ini akan berinteraksi dengan baik jika dapat saling melengkapi.


2.2.2 Ekspresi Kepribadian
    Telah dijelaskan sebelumnya bahwa arti kepribadian sangat luas. Oleh karena itu, jika hendak menggambarkan atau menguraikan kepribadian seseorang, maka harus membagi-bagi kepribadian tersebut dalam beberapa karakteristik yang dapat dilihat atau diukur. Dengan kata lain, kepribadian seseorang itu diekspresikan kedalam beberapa karakteristik sehingga dengan memahami karakteristik-karakteristik tersebut, dapat pula dimengerti kepribadian orang yang bersangkutan.
     Sekalipun tidak semua pakar sependapat tetapi karakteristik-karakteristik yang dianggap terpenting untuk mengenali kepribadian adalah:
1. Penampilan fisik,  Tubuh yang besar, wajah yang tampan, pakaian yang rapi, atau tubuh yanhg kurus sehat, wajah yang kuyu, pakaian kusut, semuanya menggambarkan kepribadian dari orang yang bersangkutan. Juga bisa dilihat apakah Ia berwibawa dan percaya pada diri sendiri atau kurang semangat dan mempunyai perasaan rendah diri dan sebagainya.
2. Tempramen, yaitu suasana hati yang menetap dan khas pada orang yang bersangkutan, misalnya: pemurung, pemarah, periang, dan sebagainya.
3. Kecerdasan dan kemampuan, termasuk kreativitasnya mengikuti teori Multiple Intelligence. Kita bisa mengidentifikasikan kemampuan yang menonjol pada orang yang bersangkutan.
4. Arah Minat dan pandangan mengenai nilai-nilai, hobi, pekerjaan yang selalu dilakukan, serta kebiasaan sehari-hari merupakan indikasi terbaik untuk menggambarkan arah minat dan pandangan moral seseorang.
5. Sikap Sosial, hal ini bisa diukur dengan beberapa psikotes atau skala seperti MPPT, EPPS, The big Five Test, atau tes-tes proyeksi. Namun, bisa digali juga dari wawancara mendalam atau observasi dalam proses simulasi, games, atau diskusi.
6. Kecenderungan-kecenderungan dalam motivasinya, hal ini pun dapat diketahui melalui beberapa tes dan wawancara serta observasi selama proses pemeriksaan.
7. Cara-cara pembawaan diri, dalam bentuk misalnya sopan santun, banyak bicara, kritis, mudah bergaul, dan sebagainya. Cara pembawaan diri ini terlepas dari isi atau materi yang dibawakan. Seseorang dapat berbicara tentang berita kematian atau soal-soal perdagangan atau mengundang seseorang ke suatu perjamuan , atau menegur kesalahan seseorang, tetapi semuanya dilakukan dengan cara yang sopan atau justru sebaliknya.
8. Kecenderungan Patologis, merupakan tanda-tanda adanya gangguan jiwa yang serius (bukan sekedar stress atau depresi karena frustasi). Memang, yang paling tepat untuk mendiagnosa gangguan jiwa adalah dokter spesialis kejiwaaan (SpKJ) atau psikolog klinis. Tetapi, mata seorang psikolog non-klinis, atau asesor, bahkan orang awam yang waspada pun akan mampu mengidentifikasikan adanya gangguan jiwa berat seperti skhizophrenia (berbicara dan berperilaku aneh, ngawur tanpa arah (bizarre), ada halusinasi, dan sebagainya). Bisa juga autism (hiperaktif, tetapi tidak ada kontak dengan orang lain, tidak bisa diajak bercakap-cakap lebih suka dengan kegiatan sendiri yang bersifat mengulang-ngulang dan lain-lain.

2.2.3    Kritik Terhadap Penggolongan Kepribadian
     Penggolongan atau tipologi kepribadian memang memudahkan kita untuk memahami kepribadian, tetapi pendekatan itu mengundang beberapa kritik, yaitu :
1. Setiap penggolongan mereduksi kepribadian manusia yang sangat kompleks. Hanya menjadi satu atau dua variable saja yang digunakan untuk membuat tipologi. Akibatnya, tipologi ini sangat kurang memperhatikan faktor-faktor khusus yang sifatnya individual.
2. Tipologi ini tidak memperhatikan kenyataan bahwa manusia berubah-ubah sesuai dengan kondisi lingkungan, dan karenanya kepribadian pun bersifat dinamis. Tipologi ini membuat kepribadian seolah-olah statis.
3. Penggolongan kepribadian sangat kurang mempertimbangkan pengaruh kebudayaan terhadap kepribadian.
     Oleh karena itu, tipologi dalam psikologi zaman sekarang lebih terfokus pada setting atau konteks tertentu saja. Misalnya, dalam lingkungan industri dan organisasi dikenal dengan tipe kepemimpinan transaksional (memimpin berpedoman pada hak dan kewajiban masing-masing) dan transformasional (memimpin berdasarkan nilai-nilai yang dikembangkan bersama anak buah) (James V. Downton, 1973). Dalam bidang pendidikan ada tipe orang tua yang otoriter, serba boleh (laissez faire) dan otokratik (demokratik tetapi tetap tegas) (Baumrind, 1991). Dalam penyesuaian diri terhadap stress ada tipe yang berorientasi pada tugas (task oriented), ada yang berorientasi pada emosi (emotional oriented) (Lazarus and Folkman, 1984).
• Teori psikoanalitis, oleh Sigmund Freud yang memandang kepribadian terdiri dari 3 komponen yaitu Id ( naluri ), Ego ( kesadaran ) dan superego ( hati nurani ), interaksi ketiga komponen tersebut terwujud dalam perilaku.
• Kaum Behavioristik, B.F Skinner memandang kepribadian sebagai kebiasaan yang tersusun dari sejumlah hubungan rangsangan dan respon yang memperoleh penguatan.
• Leon Festinger, kognisilah yang  membentuk perilaku. Isi kognisi tersebut adalah pengetahuan, minat, sikap, penilaian dan harapan tentang dunia.
• Psikologi Humanistik menekankan pada kebebasan berkehendak sebagai bagian dari kepribadian manusia.
• Teori Biopsikologi, oleh Richard Davidson yang memandang kepribadian sebagai hasil kerja bagian-bagian dari otak.
Maka dapat disimpulkanlah bahwa kepribadian itu adalah organisasi dinamis dalam diri individu yang terdiri dari sistem psiko-fisik menentukan cara penyesuaian diri yang unik dari individu tersebut terhadap lingkungannya.


BAB III
Penutup


3.1 Kesimpulan
Berdasarkan isi dari materi pembahsan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa setiap makhluk hidup mempunyai ciri khas atau kekhususan sendiri-sendiri sebagai pembeda antara individu yang satu dengan individu yang lainnya, dalam hal ini yang menjadi pembahasan adalah dari segi intelegensi dan kepribadian masing-masing.
Meskipun banyak pendapat mengenai intelegensi tapi secara keseluruhan intelegensi bisa diartikan sebagai kemampuan untuk mengolah dan mengatasi segala sesuatu yang dihadapi secara perbuatan, pemikiran, juga perasaan baik itu yang nyata maupun yang abstrak.
Sedangkan kepribadian ialah organisasi secara fisik dan mental pada tiap-tiap makhluk hidup yang berubah dari waktu ke waktu sebagai upaya penyesuaian diri terhadap individu itu sendiri juga terhadap lingkungannya.

3.2 Saran
Ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibanding makhluk hidup yang lain adalah manusia dan yang membedakan antara manusia dan yang lain adalah akalnya saja. Oleh karena itu, sebagai wujud rasa syukur kita penulis ingin memberikan beberapa saran agar kiranya kita sebagai manusia harus memanfaatkan dengan sebaik-baiknya segala apa yang Tuhan telah berikan kepada kita. Dengan mempelajari segala bentuk pengetahuan bukan hanya untuk diri sendiri akan tetapi juga untuk disampaikan kepada orang lain.
Mempelajari materi bukan hanya dari satu sumber saja, agar kita bisa lebih bijak dalam menghadapi dan menjalani hidup ini. Sedikit mengutip kata-kata dari pemeran Dr. Octopus didalam film Spyderman 3, “bahwa pengetahuan itu bukan bakat, ia adalah mukjizat yang harus disampaikan ke seluruh dunia”.

Daftar Pustaka


Sarlito W. Sarwono. 2009. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Press.

IisMs. 2012. Kekhususan Individual ( Psikologi 1 ) dalam http://iisms.blogspot.com/2012/02/kekhususan-individual-psikologi-1.html

Bidan Srimulyanti. 2011. Intelegensi dan Kepribadian dalam http://bidansrimulyanti.blogspot.com/2011/03/intelegensi-dan-kepribadian.html

0 komentar:

Posting Komentar