Strukturalisme
Aliran struktualisme adalah aliran yang dikembangkan oleh Titchener di
Amerika. Strukturalisme adalah aliran psikologi pertama yang dihasilkan dari
eksperimen-eksperimen yang dilakukan Wilhelm Wundt di Leipzig, Jerman. Sebelum
tahun 1879, banyak orang yang sudah mengenal psikologi, namun pada saat itu
belum ada yang menyebutkan dirinya sebagai sarjana psikologi. Sarjana-sarjana
yang mempelajari psikologi pada umumnya adalah para ahli filsuf, faal dan
dokter. Wundt sendiri awalnya adalah seorang dokter. Akan tetapi dengan
berdirinya labotarorium psikologinya, ia tidak lagi disebut sebagai dokter atau
ahli faal. Hal ini dikarenakan ia mulai melakukan dan memfokuskan diri pada
eksperimen-eksperimen yang dilakukan di laboratoriumnya. Strukturalisme dapat
dengan mudah diterima di Amerika dan Jerman, karena pada saat itu psikologi
merupakan hal yang baru. Masyarakat juga dengan mudah dapat menerima keberadaan
aliran struktualisme karena belum ada eksperimen dan aliran psikologi lain yang
muncul pada saat itu. Strukturalisme disebarkan dan dipopulerkan di Amerika
oleh Titchener dan bertahan hingga 25 tahun dan berakhir pada saat Titchener
wafat. Untuk memperdalam mengenai sejarah aliran ini, berikut akan dibahas dua
tokoh sentral dalam Strukturalisme.
Penelitian Wundt tentang pengalaman dan kesadaran meliputi hal-hal seperti
waktu merespon, perhatian, hubungan kata, perasaan, sensasi dan persepsi. Wundt
membagi dua jenis pengalaman, yaitu perantara dan langsung. Pengalaman
perantara contohnya seperti cahaya dan gelombang suara. Pengalaman langsung
seperti warna dan tingkat suara (tone). Bagi Wundt, yang menjadi ranah
psikologi ialah terkait dengan pengalaman langsung. Selain itu, Wundt juga
membagi menjadi dua berdasarkan kesadaran yaitu sensasi dan persepsi
(perasaan). Sebenarnya terdapat kelas images, tetapi kontribusinya
hanya sedikit dan tidak memiliki perbedaan berarti dengan sensasi. Dalam
persepsi, terdapat istilah tridimensional theory of feelings, yaitu
penjelasan Wundt tentang persepsi. Ia membaginya menjadi tiga poros,pleasure/displeasure, tension/relaxation, dan
excitement/depression. Wundt menghubungkan kesadaran dengan perhatian (attention).
Dalam hal ini perhatian terwujud dalam bentuk apersepsi. Apersepsi berperan
dalam menentukan pusat perhatian kepada stimulus dan mengorganisir
elemen-elemen kesadaran menjadi satu kesatuan. Misalnya ketika melihat pohon,
kita akan melihatnya secara keseluruhan sebagai pohon, bukan dari elemen-elemen
dasar seperti saturasinya, terang-gelapnya, bentuknya yang menyusun pohon
tersebut.
Wundt merumuskan tujuan pencapaiannya dalam meneliti tentang kesadaran ini,
yaitu:
1. Analisa proses kesadaran menjadi
elemen-elemen dasar
2. Mengetahui bagaimana elemen-elemen
tersebut saling terkait
3. Menentukan hukum keterkaitan yang
mencakup semua elemen-elemen tersebut
Contoh terapan dari penelitian Wundt ialah dimana seorang observer
diberikan stimulus berupa potret diri. Ketika diminta menjelaskan pengalamannya
saat diberikan stimulus tersebut, observer yang sudah dilatih menjadi
introspeksionis akan menjabarkan pengalamannya secara parsial. Misalnya, “saya
melihat warna hitam di bagian atas dengan goresan-goresan kasar”, “saya
merasakan permukaan yang bergelombang dan tidak rata ketika menyentuh
stimulus”, “saya melihat dominasi warna kuning kecoklatan”, dan sebagainya.
Akan keliru bagi introspeksionis jika dalam menjabarkan pengalamannya malah
menyebutkan hal-hal sebagai berikut, “saya melihat potret diri”, “bagian atas
terdapat rambut”, “permukaan kanvasnya kasar”. Hal ini menjadi keliru, karena
“potret diri”, “rambut”, dan “kanvas” bukanlah elemen utama dari kesadaran,
melainkan istilah dari konsep akan sesuatu yang telah digeneralisasi dari
elemen-elemen kesadaran tersebut.
Wundt mengemukakan beberapa titik lemah dari psikologi. Kelemahan tersebut
mendasar dan terkait dengan metode introspeksi Wundt yang menyatakan bahwa
dalam penelitian, observer harus memenuhi empat kriteria untuk menjadi seorang
introspeksionis yang handal. Pertanyaannya adalah, “Ketika introspeksi dilakukan
oleh beberapa observer berbeda, akan mendapatkan hasil yang berbeda pula
(stimulus yang diberikan sama), lalu bagaimana peneliti menentukan jawaban yang
benar?”. Wundt berargumen bahwa metodenya dapat ditingkatkan dengan
Edward Bradford Titchener
Selain Wundt, tokoh lain yang cukup berpengaruh dalam aliran strukturalisme
adalah Edward Bradford Titchener. Wundt menyebarkan strukturalisme di Eropa,
sedangkan Titchener menyebarkan strukruralisme di Amerika. Titchener lahir pada
tanggal 1 November 1867 dan meninggal pada tanggal 8 Maret 1927. Titchener
memperoleh beasiswa ke Oxford, di mana ia memulai studinya di filsafat dan
sastra klasik. Ia belajar satu tahun tambahan di Oxford dalam ilmu pengetahuan
dengan eksperimental fisiologi Burdon Sanderson. Ia belajar di Leipzig dengan
menerima gelar PhD pada tahun 1892. Titchener sempat kuliah beberapa saat di
Oxford dan menjadi dosen ekstensi dalam Biologi. Ia juga mengambil posisi di
Cornell pada tahun 1892 sebagai Profesor Psikologi dan dikembangkan di laboratoriumnya.
Ia berhasil menerbitkan 10 makalah di bidang Biologi pada saat awal bekerja. Ia
membentuk asosiasi psikologi eksperimental yang masih ada sampai sekarang
sebagai Masyarakat Psikolog Eksperimental. Ia pun mengembangkan gagasan dari
Wundt, namun ia banyak memisahkan diri dari ide gurunya tersebut. Titchener
berhasil menciptakan sistem psikologi struktural yang kemudian disebut studi
strukturalisme tentang struktur elemental kesadaran berdasarkan intropeksi
(Evans, 1991).
Menurut Titchener, strukturalisme membicarakan tentang kesadaran. Kesadaran
ini merupakan sesuatu yang abstrak, sehingga metode yang digunakan untuk
mengukur kesadaran tersebut ialah introspeksi dari pengalaman. Titchener
membedakan kesadaran dengan mind. Mind itu sendiri
merupakan akumulasi pengalaman sadar sejak lahir hingga saat ini. Dalam
strukturalismenya, Titchener memperkenalkan konsep fisiologi-psikologi. Unsur
fisiologi dimasukkannya karena latar belakangnya yang merupakan lulusan
kedokteran. Sedangkan aspek fisiologi yang dimaksud ialah ruang, waktu, dan
massa. Ketiga aspek ini bersifat konkrit, yang mana dapat dinyatakan dalam
ukuran matematis. Aspek ruang diukur dalam satuan meter, aspek
waktu diukur dalam satuan sekon, dan aspek massa diukur dalam
satuan gram. Besaran ini merupakan sesuatu yang mutlak dan universal.
Pengalaman akan hal yang bersifat konkrit ini ternyata bisa berbeda-beda bagi
setiap individu. Misalnya untuk satuan waktu, menonton film dua jam akan terasa
lebih menyenangkan daripada belajar statistik selama dua jam. Bagi orang yang
tidak menyukai statistik, ia akan merasa waktu terasa sangat lama ketika
mempelajarinya, sedangkan bagi yang menonton film, ia tidak akan merasakan
bahwa sudah selama itu ia menonton. Inilah yang menjadi aspek psikologis, yaitu
kesadaran dari strukturalisme. Titchener juga membuat istilah stimulus eror
dalam strukturalismenya, “The stimulus error is, in fact, the material aspect
of what appears, in more formal guise, as the error of logical reflection or
of Kundgabe; it is an error both subtle and pervasive; and the more
closely our psychological [p. 489] method approximates the methods of observation
employed in other laboratories or in daily life, the greater is the likelihood
that our students fall victims to it.” (Titchener, 1912). Disamping itu semua,
Titchener juga mendirikan laboratorium Psikologi di Universitas Cornell dan
menggagaskan kajiannya di Amerika (Razali, Jantan & Hashim, 2004).
Dalam alirannya, Wundt menetapkan aspek kualitas dan intensitas sama
seperti Titchener. Akan tetapi yang membedakannya ialah Titchener menambahkan
elemen durasi, kejelasan, dan perpanjangan (extensity) dalam
strukturalismenya. Dalam hal ini, Titchener menjawab pertanyaan “apa” tentang
psikologi, yaitu merujuk pada analisis introspektif dan sistematis terhadap
suatu fenomena psikologis. “The ideal introspective report is an accurate
description, made in the interests of psychology, of some conscious process.
Causation, dependence, development are then matters of inference” (Titchener, 1912).
Ada beberapa kritik yang
diajukan terhadap strukturalisme Titchener. Pertama, mengenai metode
introspeksinya. Immanuel Kant menyatakan bahwa segala percobaan mengenai
pengalaman kesadaran yang melibatkan introspeksi, akan mengubah pengalaman
kesadaran tersebut. Hal ini dikarenakan adanya variabel observasi yang
dimasukan ke dalam esensi dari pengalaman kesadaran tersebut. Auguste Comte
juga menentang, bahwa jika memangmind dapat melakukan observasi,
maka mind akan terbagi dua di saat yang sama, dimana yang satu
mengobservasi dan satunya melakukan aktivitas. Hal ini tidak mungkin terjadi
menurut Auguste Comte. Kritik terhadap metode introspeksi Titchener bisa
disebabkan karena definisi tentang metode intospeksi tersebut kurang ilmiah
atau spesifik. Titchener mengalami kesulitan dalam merumuskan definisi
tersebut, karenanya ia mengkaitkannya dengan kondisi eksperimental yang
spesifik.
Selain itu, kritik juga ditujukan terkait dengan apa yang dilatih terhadap
introspeksionis dalam mengutarakan pengalaman kesadaran mereka. Ajaran didikan
Titchener diinstruksikan untuk tidak menggunakan beberapa kata saat
menyampaikan pengalaman kesadaran, seperti “aku melihat meja”. Kata “meja”
tidak memiliki arti ilmiah dalam hal ini, karena merupakan generalisasi dari
satuan elemen kesadaran yang sebenarnya menjadi fokus utamanya. Dari sini,
pertanyaan yang muncul menjadi, “Jika beberapa kata dihilangkan, maka sebaiknya
bagaimana introspeksionis tersebut dapat menyampaikan pengalamannya?”.
Titchener dalam hal ini berniat untuk membuat bahasa baru untuk
introspeksionis, tetapi hal ini tidak pernah terwujud.
Titchener juga bersifat
eksklusif, ia hanya memikirkan immediate experience atau
pengalaman langsung sebagai bahasan psikologi. Ia tidak menghiraukan
aplikasinya ke dunia nyata dan tidak terpengaruh oleh bahasan psikologi yang
sedang berkembang (sosial, abnormal, anak, hewan, dll). William James dalam
pragmatismenya, mengkritik strukturalisme tidak berguna, karena tidak bersifat
aplikatif.
Kritik yang terakhir
menyatakan bahwa introspeksi sebenarnya merupakan bentuk retrospeksi. Hal ini
karena setelah mengamali stimulus, terdapat rentang waktu bagi observer untuk
menceritakan pengalamannya. Padahal dalam penelitian Ebbinghaus dikatakan bahwa
manusia memiliki tingkat melupakan yang tinggi. Oleh karena itu, bisa saja ada
beberapa pengalaman yang terlewat.
Meskipun terdapat banyak kritik, strukturalisme Titchener telah memberikan
kontribusi terhadap perkembangan psikologi masa kini. Titchener berpendapat
psikologi harus lepas dari kekuatan metafisika, pikiran awam, dan kepentingan
kegunaan atau terapan yang akan merusak integritasnya. Titchener bersama dengan
Wundt berupaya untuk mempertahankan integritas psikologi dengan membedakannya
dari fisika. Subjek pembahasan psikologi strukturalisme adalah proses kesadaran
dan bebas dari asosiasi (Brennan, 2006).
2.1. Pengertian Psikologi
1. Ilmu Jiwa, tingkah laku, perilaku.
2. Ilmu tentang kehidupan mental (The
science of mental life).
3. Crow & Crow; Psychology is the
study of human behavior and human relationship.
4. Tingkah laku manusia, apa, mengapa
dan bagaimana yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan, factor-faktor apa yang
mendorong manusia, memikirkan, merasakan dan melakukan sesuatu.
Yang dipelajari dalam
psikologi
1. Segala kegiatan/tindakan/perbuatan
baik yang kelihatan maupun yang tidak, sadar ataupun tidak sadar dan sengaja
ataupun yang tidak.
2. Interaksi antara manusia dengan
manusia dan interaksi manusia dengan selain manusia.
Jenis tingkah laku
1. Nyata (eksplisit, terbuka)Yaitu
tingkah laku yang dapat diamati, contohnya tertawa dan menangis.
2. Tidak nyata (implisit, tertutup)Yaitu
tingkah laku yang tidak bisa diamati, namun indikatornya yang bias diamati.
Misalnya berfikir, mengingat, merasakan, berkhayal, sedih, senang, susah,
bangga, dongkol dan seterusnya.
Obyek Psikologi
1. Material Yaitu yang menyelidiki
tentang manusia dan segala sifatnya
2. Formal Yaitu yang tergantung dari
aspek mana yang akan dipelajari/penekanannya.
Misalnya :
- Zaman Yunani s/d abad pertengahan,
obyek formalnya adalah hakekat manusia.
- Masa Deskartes, gejala-gejala
kesadaran (tanggapan, perasaan, emosi, hasrat dan kemauan).
- Aliran behaviorisme (di AS abad ke 20)
tingkah laku manusia yang tampak.
- Aliran Freud, gejala ketidak sadaran
manusia.
Pengelompokan Psikologi
1. Metafisika Penyelidikan tentang
hakekat kejiwaan (Plato + Aristoteles).
2. Empiris Yaitu penyelidikan tentang
gejala-gejala kejiwaan tingkat laku manusia dengan menggunakan pengamatan,
percobaan.
Hubungan antara Psikologi dengan ilmu lain
1. Psikologi dengan antropologi
2. Psikologi dengan sosiologi
3. Psikologi dengan fisiologi
2.2. Psikologi sebagai ilmu dan Ruang lingkup psikologi Karakter Ilmu
1. Melalui penelitian ilmiah
2. Memiliki Obyek tertentu.
3. Metode penelitian tertentu.
4. Sistematika yang teratur.
5. Mempunyai sejarah tertentu.
Obyek psikologi
1. Materil --- manusia
2. Formal --- jiwa/perilaku
Metode Penelitian
1. Longitudinal
2. Cross - sectional
Karakter Penelitian Ilmiah
1. Sistematis
2. Terkontrol
3. Berdasarkan data empiris
4. Teruji
5. Bersifat obyektif
2.3. Aliran-aliran dalam psikologi
1. STRUKTURALISME
1. Tokoh : WILHELM WUNDT
2. Pendapatnya : Untuk mempelajari gejala-gejala kejiwaaan kita harus mempelajari isi dan struktur jiwa seseorang.
3. Metode : Instrospeksi / mawas diri
4. Obyek : Kesadaran
Elemen mental / elemen-elemen yang lebih kecil
1. Jiwa
2. Kesadaran
3. Penginderaaan = penangkapan terhadap rangsang yang datang dari luar dan dapat dianalisa sampai elemen-elemen yang terkecil
Perasaaan sesuatu yang dimiliki dalam diri kita, tidak terlalu di pengaruh rangsangan dari luar.
Aliran Strukturalisme Tokoh WILHELM WUNDT berpendapat.
a. Untuk mempelajari gejala kejiwaan kita harus mempelajari isi dan struktur dari jiwa seseorang
b. Objek utama dalam psikologi adalah kesadaran
c. Pengalaman -pengalaman kesadaran di bagi atas 2 bagian yaitu pengindraan dan perasaan
1. Tokoh : WILHELM WUNDT
2. Pendapatnya : Untuk mempelajari gejala-gejala kejiwaaan kita harus mempelajari isi dan struktur jiwa seseorang.
3. Metode : Instrospeksi / mawas diri
4. Obyek : Kesadaran
Elemen mental / elemen-elemen yang lebih kecil
1. Jiwa
2. Kesadaran
3. Penginderaaan = penangkapan terhadap rangsang yang datang dari luar dan dapat dianalisa sampai elemen-elemen yang terkecil
Perasaaan sesuatu yang dimiliki dalam diri kita, tidak terlalu di pengaruh rangsangan dari luar.
Aliran Strukturalisme Tokoh WILHELM WUNDT berpendapat.
a. Untuk mempelajari gejala kejiwaan kita harus mempelajari isi dan struktur dari jiwa seseorang
b. Objek utama dalam psikologi adalah kesadaran
c. Pengalaman -pengalaman kesadaran di bagi atas 2 bagian yaitu pengindraan dan perasaan
2. FUNGSIONALISME
Tokoh : WILLIAM JAMES (1842-1910)
Pendapatnya :
• Mempelajari fungsi / tujuan akhir aktivitas
• Semua gejala psikis berpangkal pada pertanyaan dasar yaitu apakah gunanya aktivitas itu
• Jiwa seseorang diperlukan untuk melangsungkan kehidupan dan berfungsi untuk menyesuaikan diri- Lebih menekankan apa tujuan atau akhir dari suatu aktivitas
BAB STRUKTURALISME FUNGSIONALISME 1 2
Asal Pendekatannya
Jerman (ahli filsafat) Pengalaman di
analisa dalam unsurnya
Amerika (Praktis Pragmatis) Pengalaman
di hubungkan untuk hidup / fungsinya penyesuaian diri.
3. ASOSIASISME
a. Tokoh : THOMAS HOBBES (1588-1679)
b. Pendapatnya : Jiwa terdiri 3 bagian
1. Sensation
2. Secall
3. Association
1. Sensation : Proses seseorang menerima rangsang
2. Secall : Proses seseorang memproduksi kembali yang dialami
3. Association : Penggabungan rangsang satu dengan rangsang yang lain lahirlah berpikir
c. Metode : Eksperimen
1. Thorndike, dalam law of readiness untuk mengajarkan sesuatu dengan baik kepada seseorang, maka orang tersebut harus ada kesiapan tentang hal-hal yang akan diajarkan (Hukum Pertautan)
2. Law of effect, suatu laku yang dalam situasi tertentu memberi kepuasan akan selalu di assosiasikan (di ulang lagi kalau ada kesempatan)
4. PSIKOANALISA / PSIKOLOGI DALAM
a. Tokoh : SIGMUND FREUD (1856-1939)
b. Pendapatnya : Kehidupan manusia di kuasai oleh alam ketidaksadaran
c. Metode : Eksperimen
Psikoanalisa sebagai teori kepribadian (gunung es)
Id = libido (dorongan seksual)
Ego = melaksanakan dorongan-dorongan
Super ego = penyaring / kontrol (kata hati)
(Dream as a Wishful Fillment)
5. BEHAVIORISME
a. Tokoh : JOHN BROADUS WATSON (1878-1958)
b. Pendapatnya : Mempelajari tingkah laku, tingkah laku yang nyata, yang terbuka, yang dapat di ukur secara obyektif.
Ilmu tentang tingkah laku, rangsang, kebiasaan, belajar.
Tingkah laku Tertutup : Tingkah laku, kontraksi otot-otot sekresu kelenjar (gerakan-gerakan yang lemah), berpikir (tidak bergerak-gerak secara halus sekali selama kita berpikir)
Terbuka :
6. PSIKOLOGI HORMIC
a. Tokoh : WILLIAM MC DOUGALL (1871-1944)
b. Pendapatnya : (Hampir sama Behaviorisme)
- Tiap-tiap tingkah laku ada yang mendasarinya yaitu tujuan / arah
- Tingkah laku tidak dapat dipelajari terlepas dari tujuannya
- Tingkah laku tanpa tujuan itu refleks
7. GESTALT
a. Tokoh : MAX WERTHEIMER (1880-1943)
b. Pendapatnya : Bahwa dalam alat kejiwaan tidak terdapat jumlah unsur-unsurnya melainkan Gestalt (keseluruhan) dan tiap-tiap bagian tidak berarti dan bisa mempunyai arti kalau bersatu dalam hubungan kesatuan.
ALIRAN ALIRAN PSIKOLOGI
Apakah Anda sudah tahu apa saja
aliran-aliran yang terdapat dalam Psikologi??Pastinya belum kan??Untuk itu mari
kita mengenal dan memahami aliran-aliran dalam Psikologi. Pada pertengahan abad
ke-19, yaitu pada awal berdirinya psikologi sebagai satu disiplin ilmu yang
mandiri, psikologi didominasi oleh gagasan serta usaha mempelajari elemen-elemen
dasar dari kehidupan mental orang dewasa normal,melalui penelitian laboratorium
dengan menggunakan metode intropeksi.Karena adanya perkembangan dalam psikologi
itu sendiri, sehingga lahirlah aliran-aliran dalam psikologi.Aliran Psikologi
terbagi menjadi 5 aliran,diantaranya yaitu :
Aliran Strukturalisme (Structuralism)
Tokoh psikologi Strukturalisme
adalah Wilhelm Wundt. Yang mulai berkembang pada abad ke-19
yaitu pada awal berdirinya psikologi sebagai suatu disiplin ilmu yang mandiri.
Menurut Wundt untuk mempelajari gejala-gejala kejiwaaan kita harus mempelajari
isi dan struktur jiwa seseorang. Metode yang digunakan adalah instrospeksi /
Elemen mawas diri. Obyek yang dipelajari dalam psikologi ini adalah Kesadaran.
Mental/elemen-elemen yang kecil yaitu jiwa, kesadaran, dan penginderaan (penangkapan terhadap rangsang yang dating dari luar dan dapat dianalisa sampai elemen-elemen yang terkecil).Perasaaan sesuatu yang dimiliki dalam diri kita, tidak terlalu di pengaruh rangsangan dari luar.
Mental/elemen-elemen yang kecil yaitu jiwa, kesadaran, dan penginderaan (penangkapan terhadap rangsang yang dating dari luar dan dapat dianalisa sampai elemen-elemen yang terkecil).Perasaaan sesuatu yang dimiliki dalam diri kita, tidak terlalu di pengaruh rangsangan dari luar.
Tokoh strukturalisme lain adalah Edward
Bradford Titchener. Titchener merupakan orang Inggris yang mewakili
pandangan-pandangan psikologi Jerman (Wundt) di Amerika Serikat. Ia adalah
murid dari Wundt dan ia menerjemahkan beberapa buku Wundt dalam bahasa Inggris.
Aliran Fungsionalisme (Functional
Psychology)
Aliran ini merupakan reaksi terhadap
strukturalisme tentang keadaan-keadaan mental. Fungsionalisme adalah suatu
tendensi dalam psikologi yang menyatakan bahwa pikiran, proses mental, persepsi
indrawi, dan emosi adalah adaptasi organism biologis sebagai suatu jenis
psikologi yang menggarisbawahi fungsi-fungsi dan bukan hanya fakta-fakta dari
fenomena mental, atau berusaha menafsirkan fenomena mental dalam kaitan dengan
peranan yang dimainkannya dalam kehidupan organism itu, dan bukan menggambarkan
atau menganalisis fakta-fakta pengalaman atau kelakuan atau suatu psikologi
yang mendekati masalah pokok dari sudut pandang yang dinamis, dan bukan dari
sudut pandang statis.
Aliran psikologi ini pada intinya
merupakan doktrin bahwa proses atau keadaan sadar seperti kehendak bebas,
berpikir, beremosi, memersepsi, dan mengindrai adalah aktivitas-aktivitas atau
operasi-operasi dari sebuah lingkungan fisik dan tidak dapat diberi eksistensi
yang penting. Aktivitas ini memudahkan control organisme, daya tahan hidup,
adaptasi, keterikatan atau penarikan diri, pengenalan, pengarahan, dan
lain-lain.
Tokoh psikologi fungsionalisme
adalah WILLIAM JAMES (1842-1910)
James adalah filsuf dan psikolog dari Amerika. Pendapatnya:
James adalah filsuf dan psikolog dari Amerika. Pendapatnya:
- Mempelajari
fungsi / tujuan akhir aktivitas
- Semua
gejala psikis berpangkal pada pertanyaan dasar yaitu apakah gunanya
aktivitas itu
- Jiwa
seseorang diperlukan untuk melangsungkan kehidupan dan berfungsi untuk
menyesuaikan diri. Psikologi ini lebih menekankan apa tujuan atau akhir
dari suatu aktivitas. Dan tokoh lain aliran ini adalah James R.
Angell dan John Dewey.
Aliran Psikoanalisis
Aliran behaviourisme dianggap gagal karena
tidak memperhitungkan faktor kesadaran manusia. Aliran behaviourisme tidak memperhitungkan
faktor pengalaman subjektif masing-masing individu (cinta, keberanian,
keimanan, harapan dan putus asa). Jadi aliran ini gagal memperhitungkan
kesadaran manusia dan motif-motif tidak sadarnya.
Kemudian muncullah aliran berikut:
psikoanalisis. Psikoanalisis disebut sebagai depth psychology yang
mencoba mencari sebab-sebab perilaku manusia pada alam tidak sadarnya. Tokoh
dari aliran ini adalah Sigmund Freud seorang neurolog berasal dari Wina,
Austria akhir abad ke-19. Aliran ini berpendapat bahwa manusia adalah makhluk
yang berkeinginan (homo volens).
Dalam pandangan Freud, semua perilaku
manusia baik yang nampak (gerakan otot) maupun yang tersembunyi (pikiran)
adalah disebabkan oleh peristiwa mental sebelumnya. Terdapat peristiwa mental
yang kita sadari dan tidak kita sadari namun bisa kita akses(preconscious) dan
ada yang sulit kita bawa kea lam tidak sadar (unconscious).
Di alam tidak sadar inilah tinggal dua struktur mental yang ibarat gunung es
dari kepribadian kita, yaitu:
- Id atau
Es, adalah berisi energi psikis, yang hanya
memikirkan kesenangan semata yaitu dorongan atau ambisi dari dalam diri
yang tidak dapat dikendalikan dan harus terpenuhi tanpa berpikir rasional
terlebih dahulu.
- Ego
atau Ich, adalah pengawas realitas dimana ego berfungsi
menjembatani tuntutan Id dengan realitas di dunia luar.
- Super-ego
atau Uber Ich, adalah berisi kaidah moral dan nilai-nilai
sosial yang diserap individu dari lingkungannya.Dimana setiap orang dapat
membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Biasa disebut dengan Hati
Nurani.
Sebagai contoh:
Pada suatu ketika dijalan Anda menemukan
Dompet dimana dompet tersebut berisi sejumlah uang yang tidak sedikit,ada kartu
identitas pemilik,kartu penting seperti kartu kredit(ATM) dan pada waktu itu
Anda sedang membutuhkan biaya untuk membayar SPP yang sudah nunggak selama
2bulan. Id mengatakan pada Anda: “Ambil saja
dompet itu, toh tak ada yang tahu, lumayan bisa buat bayar SPP!”.
Sedangkan ego berkata:”Lihat dulu, jangan-jangan
nanti ada yang tahu!”. Sementara superego menegur:”Jangan
lakukan, itu bukan hak kamu!”.
Pada masa kanak-kanak,kita dikendalikan
sepenuhnya oleh id, dan pada tahap ini oleh Freud disebut
sebagai primary process thinking. Anak-anak akan
mencari pengganti jika tidak menemukan yang dapat memuaskan kebutuhannya (bayi
akan mengisap jempolnya jika tidak mendapat dot misalnya).
Sedangkan ego akan lebih
berkembang pada masa kanak-kanak yang lebih tua dan pada orang dewasa. Di sini
disebut sebagai tahap secondary process thinking. Manusia
sudah dapat menangguhkan pemuasan keinginannya (sikap untuk memilih
tidak jajan demi ingin menabung). Walau begitu kadangkala pada orang
dewasa muncul sikap seperti primary process thnking, yaitu
mencari pengganti pemuas keinginan(menendang tong sampah karena merasa
jengkel mendapat nilai jelek).
Proses pertama adalah apa yang
dinamakan EQ (emotional quotient), sedangkan
proses kedua adalah IQ (intelligence quotient) dan
proses ketiga adalah SQ (spiritual quotient).
Keberhasilah seseorang ditentukan pada
ke-3 tingkat kecerdasan tersebut,karena dalam hidup tidak cukup dengan
Kecerdasan Intelektual saja tetapi harus diseimbangkan dengan Kecerdasan
Emosionalnya dan Kecerdasan Spiritualnya.
Aliran Psikologi Gestalt (Gestalt
Psychology)
Kata “Gesalt” berasal
dari bahasa Jerman yang dalam bahasa Inggris berarti shape atau
bentuk. Karena tidak ditemukan arti yang sesuai maka gesalt tetap dipakai.
Tokoh psikologi ini adalah Max Wertheimer (1880-1943). Yang
berpendapat bahwa dalam alat kejiwaan tidak terdapat jumlah unsur-unsurnya
melainkan Gestalt (keseluruhan) dan tiap-tiap bagian tidak berarti dan bisa
mempunyai arti kalau bersatu dalam hubungan kesatuan.
Para ahli Gestalt, selain Wertheimer,
Koffka,Kohler, juga termasuk Solomon Asch dan Kurt Lewin,terdapat ahli-ahli
Jerman dan Austria terkemuka seperti Rudolf Allers, Magda Arnold,
Charlote,serta Karl Buhler, Albin Gilbert, Hans Hahn, Fritz Heider, Martin
Scheerer, Wilhelm Stern, dan Heinz Werner.
Aliran Behaviorisme (Behaviorism)
Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam
psikologi yang didirikan oleh John B. Watsontahun 1913 dan
digerakkan oleh Burrhus Frederic Skinner.Aliran ini sering
dikaitkan sebagai aliran ilmu jiwa namun tidak peduli pada jiwa. Pada akhir
abad ke-19, Ivan Petrovic Pavlov memulai eksperimen
psikologi yang mencapai puncaknya pada tahun 1940 - 1950-an. Di sini psikologi
didefinisikan sebagai sains dan sementara sains hanya berhubungan dengan
sesuatu yang dapat dilihat dan diamati saja.
Sedangkan ‘jiwa’ tidak bisa diamati, maka
tidak digolongkan ke dalam psikologi. Aliran ini memandang manusia sebagai
mesin (homo mechanicus) yang dapat dikendalikan
perilakunya melalui suatu pelaziman (conditioning). Sikap
yang diinginkan dilatih terus-menerus sehingga menimbulkan maladaptive
behaviour atau perilaku menyimpang. Salah satu contoh
adalah ketika Pavlov melakukan eksperimen terhadap seekor anjing. Di depan
anjing eksperimennya yang lapar, Pavlov menyalakan lampu. Anjing tersebut tidak
mengeluarkan air liurnya. Kemudian sepotong daging ditaruh dihadapannya dan
anjing tersebut terbit air liurnya. Selanjutnya begitu terus setiap kali lampu
dinyalakan maka daging disajikan. Begitu hingga beberapa kali percobaan,
sehingga setiap kali lampu dinyalakan maka anjing tersebut terbit air liurnya
meski daging tidak disajikan. Dalam hal ini air liur anjing menjadi conditioned
response dan cahaya lampu menjadiconditioned stimulus.
Percobaan yang hampir sama dilakukan
terhadap seorang anak berumur 11 bulan dengan seekor tikus putih. Setiap kali
si anak akan memegang tikus putih maka dipukullah sebatang besi dengan sangat
keras sehingga membuat si anak kaget. Begitu percobaan ini diulang terus
menerus sehingga pada taraf tertentu maka si anak akan menangis begitu hanya
melihat tikus putih tersebut. Bahkan setelah itu dia menjadi takut dengan
segala sesuatu yang berbulu: kelinci, anjing, baju berbulu dan topeng
Sinterklas. Ini yang dinamakan pelaziman dan untuk mengobatinya kita bisa
melakukan apa yang disebut sebagai kontrapelaziman (counterconditioning).
Selasa, 07 Juni 2011
ALIRAN-ALIRAN PSIKOLOGI
presented by eukaristia at 09:03
A. aliran fungsionalisme
Ciri Fungsionalisme
Lebih menekankan pada fungsi mental
daripada elemen-elemen mental.
Fungsi-fungsi psikologis adalah adaptasi
terhadap lingkungan sebagaimana adaptasi biologis Darwin. Kemampuan individu
untuk berubah sesuai tuntutan dalam hubungannya dengan lingkungan adalah
sesuatu yang terpenting
Fungsionalisme juga sangat memandang
penting aspek terapan atau fungsi dari psikologi itu sendiri bagi berbagai
bidang dan kelompok manusia.
Aktivitas mental tidak dapat dipisahkan
dari aktivitas fisik, maka stimulus dan respon adalah suatu kesatuan
Psikologi sangat berkaitan dengan
biologi dan merupakan cabang yang berkembang dari biologi. Maka pemahaman
tentang anatomi dan fungsi fisiologis akan sangat membantu pemahaman terhdap
fungsi mental.
Menerima berbagai metode dalam
mempelajari aktivitas mental manusia. Meskipun sebagian besar riset di Uni.
Chicago (pusat berkembangnya aliran fungsionalisme) menggunakan metode eksperimen,
pada dasarnya aliran fungsionalisme tidak berpegang pada satu metode inti.
Metode yang digunakan sangat tergantung dari permasalahan yang dihadapi
Tokoh-tokoh
John Dewey (1859-1952)
Latar belakangnya adalah seorang guru
dan mendapat gelar PH.D dalam bidang filsafat. Ia kemudian mengajar di
University of Chicago dan ikut dalam perkembangan fungsionalisme di Chicago.
Tahun 1904 pindah ke Columbia University dan tinggal di sana hingga akhir
hayatnya.
Pandangan utamanya bahwa sebuah aksi
psikologis adlaah suatu kesatuan yang utuh, tidak dapat dipecah ke dalam
bagian-bagian atau elemen (seperti yang dilakukan oleh strukturalisme). Maka
setiap psychological events tidak bisa dipandang sebagai konstruk-konstruk
abstrak. Akan lebih bermanfaat apabila difokuskan pada fungsi psy. Events
tersebut, yaitu dalam konteksnya sebagai adaptasi manusia. Contoh : anak yang
mengulurkan jarinya sebagai respon adanya api dan terbakar.
James Rowland Angell (1867-1949)
Berasal dari keluarga terpelajar, ayah
dan kakeknya pernah menjabat sebagai rektor dari universitas besar di AS. Ia
memperoleh gelar M.A. dari Harvard dan menjadi murid William James di sana.
Sepanjang karirnya ia tidak pernah mendapat gelar Ph.D namun memperoleh 23
gelar doktor honoris causa. Ia menjabat kepala departemen psikologi dan pernah
menjabat sebagai presiden dari APA.
Angell adalah seorang yang kritikal
terhadap strukturalisme. Pada masa keaktifannya, aliran fungsionalisme sedang
berkembang dan berjuang untuk memperoleh tempat yang mapan dalam khasanah dunia
ilmu sehingga juga memunculkan banyak kritik terhadap aliran strukturalisme
yang sudah lebih dlu mapan. Baginya, psychological entity tidak ada yang dapat
dipisah-pisah seperti sel dalam ilmu biologi. Psychological entity adalah
sebuah kompleks yang kita kenal sebagai persepsi. Hal ini jelas tidak sejalan
dengan strukturalisme.
Functional psychology adalah sebuah
studi tentang operasi mental, mempelajari fungsi-fungsi kesadaran dalam
menjembatani antara kebutuhan manusia dan lingkungannya. Fungsionalisme
menekankan pada totalitas dalam hubungan mind and body.
Harvey A. Carr (1873-1954)
Carr menggantikan Angell sebagai Kepala
Departemen Psikologi di Chicago setelah menerima gelar Ph.Dnya. Pada masa ini
fungsionalisme sudah menjadi aliran yang mapan dan tidak terlalu bersaing lagi
dengan strukturalisme
Bagi Carr, aspek penting dari psikologi
adalah perilaku adaptif manusia. Ia menjelaskan berbagai fungsi mental manusia
(perception, learning, emotion dan thinking )dengan kerangka berpikir perilaku
adaptif manusia.
Sumbangan
Mengembangkan ruang lingkup psikologi
dari segi kelompok subyek (anak, binatang) maupun bidang kajian (psikologi
abnormal, psychological testing, psikologi terapan). Hal ini dimungkinkan
karena aliran fungsionalisme lebih terbuka kepada perbedaan individual dan
bidang aplikasi daripada strukturalisme. Salah satu pelopor psychological
testing adalah James McKeen Cattell, mantan murid Wundt. Selanjutnya bidang
psychological testing ini menjadi salah satu bidang kajian penting dan paling populer
dalam psikologi.
Memperkenalkan pentingnya perilaku nyata
sebagai representasi dari aktivitas mental. Pandangan ini mempersiapkan jalan
bagi berkembangnya aliran baru, behaviorisme yang berpegang pada perilaku nyata
sebagai satu-satunya obyek psikologi
Memperkenalkan konsep penyesuaian diri
sebagai obyek psikologi. Konsep adaptasi dan adjustmen ini menjadi konsep yang
sangat penting dan sentral bagi beberapa bidang studi psikologi selanjutnya,
seperti kesehatan mental dan psikologi abnormal.
Kritik terhadap Fungsionalisme
Kritik utama dari aliran strukturalisme
adalah lebih pentingnya isi/elemen mental daripada prosesnya. Pada masa dimana
terjadi persaingan ketat antara fungsionalisme dan strukturalisme, kritik ini
cukup mendapat perhatian penting.
Kurang adanya fokus yang jelas dan
terarah dalam aliran fungsionalisme. Para tokoh tidak pernah terlalu jelas dan
elaboratif dalam mengungkapkan konsep-konsepnya dalam karya mereka. Akibatnya
aliran ini dianggap tidak terlalu utuh dan terintegrasi dan berdampak pada
posisinya yang kurang kuat sebagai sebuah sistem.
Bersifat teleological, sesuatu
ditentukan oleh tujuannya. Hal ini menggambarkan orientasi pragmatisme yang
seringkali dikritik sebagai lebih berorientasi pada hasil dan tidak
memperhatikan proses.
Terlalu eklektik, mencampurkan berbagai
ide dan konsep dari beragam sumber sehingga terkesan kompromistis dan
kehilangan bentuk asli. Pada dasarnya, fungsionalisme memang tidak ingin muncul
sebagai sebuah aliran yang strict dan lebih memilih untuk dapat lebih fleksibel
dalam mencapai tujuan-tujuannya.
Komentar :
Fungsionalisme tidak bertahan lama juga
sebagai sebuah aliran, sama seperti strukturalisme yang sering ditentangnya.
Meskipun demikian, banyak ide-ide aliran ini yang kemudian diserap oleh aliran besar
psikologi modern di AS.
B. aliran behaviorisme
Behaviorisme muncul sebagai kritik lebih
lanjut dari strukturalisme Wundt. Meskipun didasari pandangan dan studi ilmiah
dari Rusia, aliran ini berkembang di AS, merupakan lanjutan dari fungsionalisme.
Behaviorisme secara keras menolak
unsur-unsur kesadaran yang tidak nyata sebagai obyek studi dari psikologi, dan
membatasi diri pada studi tentang perilaku yang nyata. Dengan demikian,
Behaviorisme tidak setuju dengan penguraian jiwa ke dalam elemen seperti yang
dipercayai oleh strukturalism. Berarti juga behaviorisme sudah melangkah lebih
jauh dari fungsionalisme yang masih mengakui adanya jiwa dan masih memfokuskan
diri pada proses-proses mental
Meskipun pandangan Behaviorisme sekilas
tampak radikal dan mengubah pemahaman tentang psikologi secara drastis, Brennan
(1991) memandang munculnya Behaviorisme lebih sebagai perubahan evolusioner
daripada revolusioner. Dasar-dasar pemikiran Behaviorisme sudah ditemui
berabad-abad sebelumnya.
PRINSIP DASAR BEHAVIORISME
Perilaku nyata dan terukur memiliki
makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan dari jiwa atau mental yang abstrak
Aspek mental dari kesadaran yang tidak
memiliki bentuk fisik adalah pseudo problem untuk sciene, harus dihindari.
Penganjur utama adalah Watson : overt,
observable behavior, adalah satu-satunya subyek yang sah dari ilmu psikologi
yang benar.
Dalam perkembangannya, pandangan Watson
yang ekstrem ini dikembangkan lagi oleh para behaviorist dengan memperluas
ruang lingkup studi behaviorisme dan akhirnya pandangan behaviorisme juga
menjadi tidak seekstrem Watson, dengan mengikutsertakan faktor-faktor internal
juga, meskipun fokus pada overt behavior tetap terjadi.
Aliran behaviorisme juga menyumbangkan
metodenya yang terkontrol dan bersifat positivistik dalam perkembangan ilmu
psikologi.
Banyak ahli (a.l. Lundin, 1991 dan
Leahey, 1991) membagi behaviorisme ke dalam dua periode, yaitu behaviorisme
awal dan yang lebih belakangan.
Tokoh-tokoh
B.F. Skinner
Prinsip-prinsip utama pandangan Skinner:
Descriptive behaviorism, pendekatan
eksperimental yang sistematis pada perilaku yang spesifik untuk mendapatkan
hubungan S-R. Pendekatannya induktif. Dalam hal ini pengaruh Watson jelas
terlihat
Empty organism, menolak adanya proses
internal pada individu.
Menolak menggunakan metode statistical,
mendasarkan pengetahuannya pada subyek tunggal atau subyek yang sedikit namun
dengan manipulasi eksperimental yang terkontrol dan sistematis.
Konsep-konsep utama:
1. Proses operant conditioning:
Memilah perilaku menjadi respondent
behavior dan operant behavior. Respondent terjadi pada kondisioning klasik,
dimana reinforcement mendahului UCR/CR. Dalam kondisi sehari-hari yang lebih
sering terjadi adalah operant behavior dimana reinforcement terjadi setelah
response.
Positive dan negative reinforcers
[kehadirannya PR menguatkan perilaku yang muncul, sedangkan justru
ketidakhadiran NR yang akan menguatkan perilaku].
Extinction: hilangnya perilaku akibat
dari dihilangkannya reinforcers
Schedules of reinforcement, berbagai
variasi dalam penjadwalan pemberian reinforcement dapat meningkatkan perilaku
namun dalam kadar peningkatan dan intensitas yang berbeda-beda (lih Lundin,
1991 fig. 4.p.213)
Discrimination : organisma dapat
diajarkan untuk berespon hanya pada suatu stimulus dan tidak pada stimulus
lainnya. Caranya adalah secara konsisten memberi reinforcement hanya pada
respon bagi stimulus yang diinginkan dan tidak pada respon terhadap stimulus
lainnya.
Secondary reinforcement, adalah stimulus
yang sudah melalui proses pemasangan/kondisioning dengan reinforcer asli
sehingga akhirnya bisa mendapatkan efek reinforcement sendiri. Dalam kenyataan
riil kehidupan manusia, hampir semua yang kita anggap sebagai reinforcement
adalah secondary reinforcer.
Aversive conditioning, proses
kondisioning dengan melibatkan suasana tidak menyenangkan. Hal ini dilakukan
dengan punishment. Reaksi organisme adalah escape atau avoidance.
2. Behavior Modification
Adalah penerapan dari teori Skinner,
sering juga disebut sebagai behavior therapy. Merupakan penerapan dari shaping
(pembentukan TL bertahap), penggunaan positive reinforcement secara selektif,
dan extinction. Pendektan ini banyak diterapkan untuk mengatasi gangguan
perilaku.
Kritik terhadap Skinner:
Pendekatannya yg lebih bersifat deskriptif
dan kurang analitis dianggap kurang valid sebagai sebuah teori
Validitas dari kesimpulan yang
diambilnya yang merupakan generalisasi berlebihan dari satu konteks perilaku
kepada hampir seluruh perilaku umum
Pandangan ‘empty organism’ mengundang
kritik dari pendukung aspek biologis dan psikologi kognitif yang percaya pada
kondisi internal mansuia, entah itu berupa proses biologis atau proses mental
Sumbangan Skinner:
Salah seorang psikolog yang pandangannya
paling berpengaruh dan banyak dirujuk oleh para psikolog lainnya
Mengembangkan sejumlah prinsip-prinsip
psikologis yang cukup terbukti aplikatif terhadap masalah-masalah perilaku yang
nyata karena didukung oleh hasil-hasil eksperimen yang jelas
Memberikan ide kreatif dan baru bagi
metode dalam belajar dan terapi yang konvensional
Albert Bandura (1925 - ..)
Bandura lahir di Canada, memperoleh
gelar Ph. D dari University of Iowa dan kemudian mengajar di Stanford Uni.
Sebagai seorang behaviorist, Bandura
menekankan teorinya pada proses belajar tentang respon lingkungan. Oleh karenya
teorinya disebut teori belajar sosial, atau modeling.
Prinsipnya adalah perilaku merupakan
hasil interaksi resiprokal antara pengaruh tingkah laku, koginitif dan
lingkungan. Singkatnya, Bandura menekankan pada proses modeling sebagai sebuah
proses belajar.
Teori utama :
Observational learning atau modeling
adalah faktor penting dalam proses belajar manusia.
Dalam proses modeling, konsep
reinforcement yang dikenal adlaah vicarious reinforcement, reinforcement yang
terjadi pada orang lain dapat memperkuat perilaku individu. Self-reinforcement,
individu dapat memperoleh reinforcement dari dalam dirinya sendiri, tanpa
selalu harus ada orang dari luar yang memberinya reinforcement.
Menekankan pada self-regulatory learning
process, seperti self-judgement, self-control, dan lain sebagainya.
Memperkenalkan konsep penundaan
self-reinforcement demi kepuasan yang lebih tinggi di masa depan
Sumbangan Bandura:
Bandura membuka perspektif baru dalam
aliran behavioristik dengan menekankan pada aspek observasi dan proses internal
individu. Bagi mereka yang beraliran kognitif, pandangan Bandura ini dirasakan
lebih lengkap dibandingkan pandangan ahli behavioristik lainnya.
Teorinya ini juga didukung oleh
percobaan eksperimental yang dapat dipertanggungjawabkan
Kritik terhadap Bandura
Kritik terutama datang dari kelompok
aliran behavioristik keras, yang memandang Bandura lebih tepat untuk dimasukan
dalam kelompok aliran kognitif dan tidak diakui sebagai bagian dari
behavioristik. Penyebab utamanya karena pandangan Bandura yang kental aspek
mentalnya.
C. aliran psikoanalisa
Psikoanalisa dapat dikatakan sebagai
aliran psikologi yang paling dikenal meskipun mungkin tidak dipahami
seluruhnya. Namun psikoanalisa juga merupakan aliran psikologi yang unik, tidak
sama seperti aliran lainnya. Aliran ini juga yang paling banyak pengaruhnya
pada bidang lain di luar psikologi, melalui pemikiran Freud.
Tokoh-tokoh
1. Sigmund Freud (1856-1939)
Pemikiran dan teori
Freud membagi mind ke dalam consciousness,
preconsciousness dan unconsciousness. Dari ketiga aspek kesadaran,
unconsciousness adalah yang paling dominan dan paling penting dalam menentukan
perilaku manusia (analoginya dengan gunung es). Di dalam unsconscious tersimpan
ingatan masa kecil, energi psikis yang besar dan instink. Preconsciousness
berperan sebagai jembatan antara conscious dan unconscious, berisi ingatan atau
ide yang dapat diakses kapan saja. Consciousness hanyalah bagian kecil dari
mind, namun satu-satunya bagian yang memiliki kontak langsung dengan realitas.
Freud mengembangkan konsep struktur mind
di atas dengan mengembangkan ‘mind apparatus’, yaitu yang dikenal dengan
struktur kepribadian Freud dan menjadi konstruknya yang terpenting, yaitu id,
ego dan super ego.
Id adalah struktur paling mendasar dari
kepribadian, seluruhnya tidak disadari dan bekerja menurut prinsip kesenangan,
tujuannya pemenuhan kepuasan yang segera.
Ego berkembang dari id, struktur
kepribadian yang mengontrol kesadaran dan mengambil keputusan atas perilaku
manusia. Superego, berkembang dari ego saat manusia mengerti nilai baik buruk
dan moral.
Superego merefleksikan nilai-nilai
sosial dan menyadarkan individu atas tuntuta moral. Apabila terjadi pelanggaran
nilai, superego menghukum ego dengan menimbulkan rasa salah.
Ego selalu menghadapi ketegangan antara
tuntutan id dan superego. Apabila tuntutan ini tidak berhasil diatasi dengan
baik, maka ego terancam dan muncullah kecemasan (anxiety). Dalam rangka
menyelamatkan diri dari ancaman, ego melakukan reaksi defensif /pertahanan
diri. Hal ini dikenal sebagai defense mecahnism yang jenisnya bisa
bermacam-macam, a.l. repression.
c. Sumbangan Freud
Sebagai orang pertama yang menyentuk
konsep-konsep psikologi seperti peran ketidaksadaran (unconsciousness),
anxiety, motivasi, pendekatan teori perkembangan untuk menjelaskan struktur
kepribadian
Posisinya yang kukuh sebagai seorang
deterministik sekaligus menunjukkan hukum-hukum perilaku, artinya perilaku
manusia dapat diramalkan
Freud juga mengkaji produk-produk budaya
dari kacamata psikoanalisa, seperti puisi, drama, lukisan, dan lain-lain. Oleh
karenanya ia memberi sumbangan juga pada analisis karya seni
d. Kritik Freud
Metode studinya yang dianggap kurang
reliabel, sulit diuji secara sistematis dan sangat subyektif
Konstruk-konstruk teorinya juga sulit
diuji secara ilmiah sehingga diragukan keilmiahannya. Beberapa konsepnya bahkan
dianggap fiksi, seperti Oedipus complex
Bagi aliran behaviorist, yang dilakukan
Freud adalah mempelajari intervening variable
D. aliran gestalt
Istilah “Gestalt” mengacu pada sebuah
objek/figur yang utuh dan berbeda dari penjumlahan bagian-bagiannya.
Aliran Gestalt muncul di Jerman sebagai
kritik terhadap strukturalisme Wundt. Pandangan Gestalt menolak analisis dan
penguraian jiwa ke dalam elemen-elemen yang lebih kecil karena dengan demikian,
makna dari jiwa itu sendiri berubah sebab bentuk kesatuannya juga hilang.
Tokoh Gestalt
Max Wertheimer (1880-1943)
Belajar pada Kuelpe, seorang tokoh
aliran Wuerzburg. Bersama-sama dengan Wolfgang Koehler (1887-1967) dan Kurt
Koffka (1887-1941) melakukan eksperimen yang akhirnya menelurkan ide Gestalt.
Tahun 1910 ia mengajar di Univeristy of Frankfurt bersama-sama dnegan Koehler
dan Koffka yang saat itu sudah menjadi asisten di sana.
Konsep pentingnya : phi phenomenon
(bergeraknya obyek statis menjadi rangkaian gerakan yang dinamis setelah
dimunculkan dalam waktu singkat dan dengan demikian memungkinkan manusia
melakukan interpretasi).
Dengan konsep ini, Wertheimer menunjuk
pada proses interpretasi dari sensasi obyektif yang kita terima. Proses ini
terjadi di otak dan sama sekali bukan proses fisik, tetapi proses mental.
Dengan pernyataan ini ia menentang pendapat Wundt yang menunjuk pada proses
fisik sebagai penjelasan phi phenomenon.
Prinsip dasar Gestalt.
Interaksi antara individu dan lingkungan
disebut sebagai perceptual field. Setiap perceptual field memiliki organisasi,
yang cenderung dipersepsikan oleh manusia sebagai figure and ground. Oleh
karena itu kemampuan persepsi ini merupakan fungsi bawaan manusia, bukan skill
yang dipelajari. Pengorganisasian ini mempengaruhi makna yang dibentuk.
Prinsip-prinsip pengorganisasian:
Principle of Proximity: Organisasi
berdasarkan kedekatan elemen
Principle of Similarity: Organisasi
berdasarkan kesamaan elemen
Principle of Objective Set: Organisasi
berdasarkan mental set yang sudah terbentuk sebelumnya
Principle of Continuity: Organisasi
berdasarkan kesinambungan pola
Principle of Closure/ Principle of Good
Form: Organisasi berdasarkan “bentuk yang sempurna”
Principle of Figure and Ground:
Organisasi berdasarkan persepsi terhadap bentuk yang lebih menonjol dan
dianggap sebagai “figure”. Dimensi penting dalam persepsi figur dan obyek
adalah hubungan antara bagian dan figure, bukan karakteristik dari bagian itu
sendiri. Meskipun aspek bagian berubah, asalkan hubungan bagian-figure tetap,
persepsi akan tetap. Contoh : perubahan nada tidak akan merubah persepsi
tentang melodi.
Principle of Isomorphism: Organisasi
berdasarkan konteks.
E. aliran humanistik
Muncul sebagai kritik terhadap pandangan
tentang manusia yang mekanistik ala behaviorisme dan pesimistik ala
psikoanalisa. Oleh karenanya sering disebut sebagai the third force (the first
force is behaviorism, the second force is psychoanalysis).
Prinsip utama
Memahami manusia sebagai suatu
totalitas. Oleh karenanya sangat tidak setuju dengan usaha untuk mereduksi
manusia, baik ke dalam formula S-R yang sempit dan kaku (behaviorisme) ataupun
ke dalam proses fisiologis yang mekanistis. Manusia harus berkembang lebih jauh
daripada sekedar memenuhi kebutuhan fisik, manusia harus mampu mengembangkan
hal-hal non fisik, misalnya nilai ataupun sikap.
Metode yang digunakan adalah life
history, berusaha memahami manusia dari sejarah hidupnya sehingga muncul
keunikan individual.
Mengakui pentingnya personal freedom dan
responsibility dalam proses pengambilan keputusan yang berlangsung sepanjang
hidup. Tujuan hidup manusia adalah berkembang, berusaha memenuhi potensinya dan
mencapai aktualitas diri. Dalam hal ini intensi dan eksistensi menjadi penting.
Intensi yang menentukan eksistensi manusia
Mind bersifat aktif, dinamis. Melalui
mind, manusia mengekspresikan keunikan kemampuannya sebagai individu, terwujud
dalam aspek kognisi, willing, dan judgement. Kemampuan khas manusia yang sangat
dihargai adalah kreativitas. Melalui kreativitasnya, manusia mengekspresikan
diri dan potensinya.
Pandangan humanistic banyak diterapkan
dalam bidang psikoterapi dan konseling. Tujuannya adalah meningkatkan pemahaman
diri.
Tokoh
Carl Rogers (1902 – 1988)
Lahir di Illinois dan sejak kecil
menerima penanaman yang ketat mengenai kerja keras dan nilai agama Protestan.
Kelak kedua hal ini mewarnai teori-teorinya. Setelah mempelajari teologi, ia
masuk Teacher’s College di Columbia Uni, dimana banyak tokoh psikologi
mengajar. Di Columbia Uni ia meraih gelar Ph.D.
Rogers bekerja sbg psikoterapis dan dari
profesinya inilah ia mengembangkan teori humanistiknya. Dalam konteks terapi,
ia menemukan dan mengembangkan teknik terapi yang dikenal sebagai
Client-centered Therapy. Dibandingkan teknik terapi yang ada masa itu, teknik
ini adalah pembaharuan karena mengasumsikan posisi yang sejajar antara terapis
dan pasien (dalam konteks ini pasien disebut klien). Hubungan terapis-klien
diwarnai kehangatan, saling percaya, dan klien diberikan diperlakukan sebagai
orang dewasa yang dapat mengambil keputusan sendiri dan bertanggungjawab atas
keputusannya. Tugas terapis adalah membantu klien mengenali masalahnya,
dirisnya sendiri sehingga akhrinya dapat menemukan solusi bagi dirinya sendiri.
Keseluruhan pengalaman eksternal dan
internal psikologis individu membentuk organisma. Organisma adalah kenyataan
yang dihayati individu, dan disebut sebagai subjective reality, unik dari satu
individu ke individu lainnya. Self (diri) berkembang dari organisma. Semakin
koheren organisma dan self, semakin sehat pribadi tersebut dan sebaliknya.
Sebagaimana ahli humanistic umumnya,
Rogers mendasarkan teori dinamika kepribadian pada konsep aktualisasi diri.
Aktualisasi diri adalah daya yang mendorong pengembangan diri dan potensi
individu, sifatnya bawaan dan sudah menjadi cirri seluruh manusia. Aktualisasi
diri yang mendorong manusia sampai kepada pengembangan yang optimal dan
menghasilkan cirri unik manusia seperti kreativitas, inovasi, dan lain-lain.
Abraham Maslow (1908-1970)
Maslow dikenal dengan teori motivasinya.
Teori ini mengasumsikan bahwa perkembangan psikologis manusia didorong oleh
hirarki kebutuhannya, yaitu physiological needs, safety needs, love &
belonging needs, esteen needs, dan self-actualization.
Evaluasi Humanistik
Aliran humanistic menyumbangkan arah
yang positif dan optimis bagi pengembangan potensi manusia, disebut sebagai
yang mengembalikan hakikat psikologi sbg ilmu tentang manusia
Kritik terutama diarahkan pada
perspektif dan metodenya yang subyektif, dan tidak reliable.
Komentar :
Berlawanan dengan perkiraan para ahli
yang menentangnya, aliran humanistic bertahan dan bahkan semakin banyak
pengikutnya. Humanistik bahkan dapat dikatakan sebagai agama untuk sementara
ahli.
0 komentar:
Posting Komentar